Smelter atau tempat pemurnian barang tambang mentah menjadi barang olahan jadi atau setengah jadi semakin dikejar pembangunannya di Indonesia. Dengan semangat hilirisasi industri, Indonesia ditargetkan pada tahun 2024 akan mempunyai 53 smelter. Salah satu smelter yang di antaranya disebut-sebut akan menjadi smelter terbesar di dunia yaitu milik PT Freeport Indonesia (FPI).
Smelter ini berada di kawasan Java Integrated and Industrial Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur. Adapun jenis smelter yang akan dibangun nantinya adalah smelter konsentrat tembaga untuk menghasilkan katoda tembaga, emas dan perak murni batangan, Platinum Group Metals (PGM), serta asam sulfat, terak, gipsum, timbal sebagai produk sampingan.
Teknologi yang diterapkan dan dikembangkan pada pembangunan smelter tersebut berupa Double Flash Smelting & Converting yang telah diadopsi oleh beberapa negara di dunia, seperti China, India, negara-negara Kawasan Eropa, dan Amerika Serikat.
Hingga kini proyek smelter Freeport Indonesia di Gresik sudah mencapai 34,9 persen pembangunanya. Hal ini diungkap oleh Menteri ESDM, Arifin Tasrif saat menyambangi langsung proyek smelter terbesar di dunia tersebut.
“Dari yang terukur, progres (pembangunan) lebih cepat dari yang ditargetkan. Sudah mencapai 34,9 persen di akhir Juni 2022, dengan biaya yang dikeluarkan lebih dari US$1,15 miliar,” ujar Arifin, Senin (1/8/2022) lalu.
Di akhir tahun 2022, smelter ditargetkan bisa mencapai 50 persen pembangunannya dan di triwulan tahun 2023, pembangunan bisa rampung.
Diketahui, smelter Freeport Indonesia mempunyai total investasi US$3 miliar atau Rp42 triliun. Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas mengatakan, pendanaan US$3 miliar untuk smelter tembaga berlokasi di Kawasan Industri Terintegrasi JIIPE Gresik, Jawa Timur tersebut telah diperoleh dari penerbitan surat utang (obligasi) global. Larisnya obligasi global ini pertanda banyak banyak investor asing yang percaya pada pembangunan smelter dalam negeri yang satu ini.
Setelah konstruksi rampung, smelter PTFI nantinya dapat mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga menjadi 600 ribu ton katoda tembaga per tahun.
Smelter ini juga diproyeksikan bakal memproduksi emas rata-rata 35 ton per tahun, dengan nilai transaksi yang dihasilkan sebesar Rp 30 triliun per tahun. Selama masa konstruksi, diperkirakan pula bakal menyerap tenaga kerja sampai dengan 40 ribu tenaga kerja baik dari daerah sekitar yaitu Jawa Timur maupun luar daerah.