Dengan sumber daya alam yang melimpah, bukan tidak mungkin perindustrian Indonesia bisa menjadi pemain utama di dunia. Terlebih jika industri tersebut sudah menerapkan hilirisasi yaitu mengolah bahan mentah hingga menjadi barang jadi atau minimal setengah jadi.
Nah, hal itulah yang kini sedang dilakukan oleh industri besi-baja di Indonesia. Dengan bahan mentah berupa bijih besi, industri besi-baja diharuskan untuk bisa membuat produk turunan sebanyak banyaknya hingga ke produk akhir besi-baja.
Skema Produksi Industri Besi-Baja di Indonesia
Berawal dari bijih besi, industri besi-baja Indonesia mempunyai skema produksi hingga ke produk akhir seperti ini:
1. Bijih Besi
Sektor paling hulu dari industri ini adalam penambangan bijih besi sebagai bahan baku utama. Selanjutnya, bijih besi yang terkumpul melalui proses ore dressing menghasilkan konsentrat (iron ore concentrate).
Dan dalam industri besi-baja Indonesia, ekspor dalam bentuk bijih besi rata-rata sekitar US$21,6 per ton jauh lebih murah dibandingkan dengan harga impor dalam bentuk konsentrat yang rata-ratanya sekitar US$177,4 per ton.
2. Konsentrat Bijih Besi
Konsentrat dari bijih besi kemudian diolah dalam proses aglomeration untuk menghasilkan yang namanya pellet dan sinter.
Pellet dan sinter ini diketahui digunakan sebagai bahan baku pembuatan besi (iron making) dan melalui proses kemudian menghasilkan sponge iron, hot bricket iron, hot metal, dan pig iron.
Di Indonesia, kapasitas produksi bijih besi menjadi besi spons adalah 315 ribu ton per tahun.
3. Produk Baja Kasar
Hasil pengolahan besi di atas termasuk scrap diolah dengan proses steel making & casting hingga akhirnya menjadi baja kasar. Produk baja kasar kemudian diolah lagi menjadi produk turunan yaitu slab, billet, bloom dan ion/steel cast.
Sayangnya, sementara ini industri baja kasar di Indonesia masih menggunakan bahan baku pellet dan scrap yang diimpor dari luar negeri.
Pertumbuhan produksi baja kasar nasional (billet, slab, ion/steel cast) dari tahun ke tahun rata-rata hanya 1,89% per tahun. Namun selama 2010-2017 produksinya tumbuh rata-rata 6,11% per tahun. Pada 2017 diperkirakan sekitar 6,5 juta ton.
a. Slab
Slab merupakan batang baja yang mengalami proses hot-rolled (giling) hingga membentuk lembaran dengan lebar hingga 3000 mm dan ketebalan mencapai 320 mm. Produk turunan dari slab biasanya adalah hot rolled coil dan plate.
Steel plates salah satunya produk yang dihasilkan melalui pemanasan slab. Plat besi ini biasanya digunakan sebagai bahan utama untuk konstruksi jembatan, pembuatan kapal, tangki, pipa besi, mesin, dan juga peralatan industri.
Dan jika slab dipanaskan hingga suhu 1000F, bisa menjadi Hot-rolled sheet yang biasanya digunakan pada aplikasi non-surface seperti rangka, roda, suspensi, dan bagian dalam lainnya pada badan mobil atau truk. Produk ini juga biasa digunakan pada alat pertanian, industri konstruksi, pembuatan mesin, tabung, pipa, dan rel pelindung.
Namun jika slab direndam cairan asam dan digiling dalam rolling mill hingga mencapai ketebalan yang diinginkan menjadi Cold-rolled sheet kemudian bisa dijadikan badan produk-produk otomotif.
Produk turunan Cold-rolled sheet sendiri yaitu Coated sheet yang telah dilapisi seng atau aluminium biasanya diterapkan pada aplikasi eksterior seperti peralatan rumah tangga, roofing and siding, peralatan pemanas dan pendingin ruangan, saluran udara, kotak saklar, serta kemasan makanan.
Produksi turunan slab diketahui mencapai 5,8 juta ton di tahun 2017, namun itu baru dapat memenuhi 60,0% kebutuhan HRC/P nasional yang mencapai 9,6 juta ton.
b. Billet
Produk turunan dari billet adalah yang pertama ada Bars. Jenis bars yang paling umum di pasaran adalah merchant bar dan reinforcing bar. Merchant bar biasanya digunakan untuk membuat pagar, furnitur, alat pertanian. Sedangkan Reinforcing bar tayang dikenal dengan besi beton biasa dibuat konstruksi bangunan seperti jembatan, jalan raya, dan gedung-gedung bertingkat.
Selain itu billet juga juga bisa diolah menjadi Wire rod yang merupakan golongan kawat baja dan akhirnya bisa diturunkan menjadi Wire product yang digunakan untuk meningkatkan fungsi dalam aspek finishing, dimensi maupun sifat fisik. Produk ini biasanya digunakan untuk pegas, pengencangan, kawat beton, konduktor listrik, maupun kabel struktural.
Pada produk turunan ini, diketahui juga signifikan dengan kapasitas produksi pada tahun 2017 mencapai 1.3 juta ton. Namun, lagi-lagi tingkat produksi ini masih belum mampu memenuhi kebutuhan nasional wire rod yang mencapai 2,0 juta ton pada 2017.
c. Bloom
Bloom termasuk produk turunan dari baja kasar. Olahannya bisa menjadi produk akhir industri besi baja berupa heavy profile dan rail. Selain itu, jika dihubungkan dengan billet pada saat proses pemanasan bisa menjadi produk structure section seperti kanal besi Wide Flange (WF), UNP, CNP, H-Beam, dan lainnya.