Pakar dari Badan Geologi dikabarkan telah membongkar “status” situs Gunung Padang, Cianjur – Jawa Barat nih, Sob. Dalam studi yang ditulis oleh Sutikno Bronto dari Pusat Survei Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM dan Billy S. Langi alumni Teknik Geologi Usakti, mengungkapkan bahwa situs Gunung Padang merupakan murni hasil proses alam yang panjang di gunung api purba dan bukan buatan manusia.
Dengan begitu, bisa dibilang situs Gunung Padang, Cianjur – Jawa Barat bukanlah sebuah piramida (buatan manusia) seperti piramida yang ada di Mesir. Para ahli tersebut menjelaskan bagaimana komposisi geologi Gunung Padang, di mana pada sekitarnya dikelilingi gunung api purba seperti Gunung Karyamukti yang usianya diperkirakan lebih tua dari era Pliosen (sekitar 5 juta hingga 2 juta tahun lalu).
“Gunung Padang dan sekitarnya merupakan gunung api purba Karyamukti, yang sisa hasil kegiatannya membentuk satuan breksi gunung api, batuan ubahan argilik-kuarsa-pirit dan silisifikasi-urat kuarsa-limonitik, serta intrusi-kubah lava andesit basal Gunung Padang,” tulis Sutikno Bronto dan Billy S. Langi dalam studinya.
Breksi atau breccia merupakan batuan yang terdiri dari pecahan mineral atau fragmen-fragmen yang disatukan oleh matriks berbutir halus. Satuan breksi gunung api itu-lah yang membentuk kerucut komposit. Sedangkan satuan batuan lainnya berada di dalam fasies (tampilan kumpulan lapisan batuan) menjadi pusat Gunung Api Karyamukti.
Lalu bagaimana dengan batuan yang berbentuk balok di area Gunung Padang?
Studi Sutikno dan Billy menjelaskan bahwa dalam kawah gunung api purba Karyamukti terdapat Gunung Malang, Pasir Domas, dan Gunung Padang. Batu-batuan berbentuk balok tersebut merupakan hasil erupsi leleran termuda dan segar, tidak berubah dari lava Gunung Padang.
Lava tersebut mengarah ke permukaan berstruktur kekar kolom (columnar joint) yang berbentuk kotak atau prisma. Sehingga banyak yang mengira batuan-batuan tersebut dibuat oleh manusia, padahal batu-batuan berbentuk kotak tersebut murni bentukan alam.
Penjelasan lain, geolog bernama Danang Endarto dalam studinya (2006) mengungkapkan, kekar kolom terjadi akibat pendinginan batuan beku dengan gaya pendinginan tiang yang arahnya memusat.
“Dengan kata lain, batu kolom di Gunung Padang terbentuk secara in situ (di lokasi terkait), tidak dibawa orang dari tempat lain,” tambah penjelasan Sutikno dan Billy dalam studinya.
Peneliti Yondri (2012) pun pernah melihat batu serupa dilapisi kerak lempung, yang merupakan hasil dari ekskavasi. Batu tersebut digunakan sebagai produk mengulit bawang (spheroidal weathering) pada batu kolom.