Pelajaran membaca saat mengenyam pendidikan dibangku SD pada era 1980-an hingga 1990-an tentu mengetahui kalimat legendaris seperti “Ini Ani dan ini Budi”, “Ani adik Budi”, “Ini ibu Ani” dan “Ini ayah Budi” yang dibuat oleh Siti Rahmani Rauf.
Kalimat tersebut menjadi yang pertama dipelajari oleh anak-anak untuk dibaca dan diucapkan. Selain itu juga untuk menanamkan skill membaca anak dengan kalimat yang mudah. Bahkan masih banyak yang menggunakannya hingga saat ini.
Sosok Siti Rahmani Rauf merupakan seorang guru yang berasal dari Sumatra Barat yang juga sebagai penulis sajak dalam buku “Ini Budi”. Seperti yang diketahui, sejak tahun 1980-an buku tersebut sudah dijadikan sebagai alat peraga pendidikan Bahasa Indonesia.
Beliau juga mengonsepkan metode Struktur Analitik Sintetik agar pelajaran Bahasa Indonesia menjadi lebih mudah dan menyenangkan.
Perempuan yang lahir di Padang pada 5 Juni 1919 ini memulai kariernya dengan mengajar sejak masa Pemerintah Hindia Belanda sebelum tahun 1937. Saat itu diketahui akses pendidikan untuk kaum pribumi masih sangat terbatas sehingga membutuhkan perjuangan untuk menjadi seorang guru.
Perjuangan yang dilaluinya membuahkan hasil dengan diangkatnya Siti menjadi guru secara resmi di salah satu sekolah di Padang pada tahun 1937. Kemudian pada tahun 1976 dirinya harus pensiun.
Meskipun sudah pensiun, passion mengajarnya dan kepeduliannya terhadap pendidikan tidak begitu saja ditinggalkan oleh Siti. Pada tahun 1980, ia menerima tawaran untuk menulis buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa tingkat SD dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Setelah diterbitkan, buku “Ini Budi” buku ini sangat laris di seluruh Indonesia dan sangat membantu siswa-siswa di tingkat SD untuk semakin mudah belajar membaca.
Diketahui, tokoh Budi dalam bukunya diambil agar mudah dibaca dan diingat oleh anak-anak.
“Mami dan saya sengaja memakai kata Budi dan Ani agar mudah dibaca oleh anak-anak,” terang Karmeni Rauf anak ketiga Siti yang membantu penyusunan buku pelajaran tersebut.
Siti juga menambahkan gambar tokoh Budi yang juga disertai dengan keluarganya pada bukunya sesuai dengan tema yang diangkat.
“Gambar yang menunjukkan siapa itu Budi dan karakter lainnya membuat anak tidak hanya bisa membaca tapi juga mengenal karakter seseorang,” jelas Kamerni yang sudah mengabdi di dunia pendidikan sekitar 30 tahun.