Meski belum resmi menggantikan Jakarta sebagai ibu kota Indonesia, Ibu Kota Nusantara (IKN) telah menjalin kerja sama kota kembar atau sister city pertama kalinya dengan ibu kota negara lainnya di dunia yaitu Kota Astana di Kazakhstan. Kota Astana menjadi sister city pertama IKN Indonesia.
Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan memorandum of understanding (MoU) antara Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono dan Gubernur Ibu Kota Astana Zhenis Kassymbek pada Senin (3/7) di kantor Gubernur Ibu Kota Astana, Kazakhstan.
Penandatanganan MoU juga disaksikan oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Kazakhstan, M Fadjroel Rachman, Wakil Gubernur Astana dan para delegasi.
Astana sendiri telah menjadi ibu kota Kazakhstan sejak 25 tahun lalu saat ibu kota Kazakhstan pindah dari Almaty pada 1998. Gubernur Astana Zhenis Kassymbek membagikan pengalaman dan tantangan yang dilalui Astana.
Sementara Bambang Susantono menjelaskan pembangunan IKN Nusantara dengan konsep cerdas, modern, hijau, dan berkelanjutan (sustainable forest city). Bambang menyatakan Nusantara bakal didominasi oleh hutan tropis Kalimantan dengan konsep kota di dalam hutan dan juga hutan di dalam kota.
“Nusantara adalah kota di dalam hutan dan hutan di dalam kota karena sebagian besar area adalah hutan tropis dan kita harus belajar bagaimana hidup dalam harmoni antara manusia, alam, dan budaya karena ini akan menjadi kota hutan yang berkelanjutan,” tutur Bambang.
Sebagai kota yang sama-sama didaulat menjadi ibu kota baru dari yang sebelumnya telah ada, kerja sama ini dinilai bisa menegaskan makin eratnya hubungan kedua negara.
Melalui kerja sama sister city antara Astana dan Nusantara akan mencakup berbagai bidang, seperti ekonomi, energi, transportasi, pengelolaan kota, dan budaya.
“Ini adalah hadiah terindah 30 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Kazakhstan,” ujar Duta Besar Republik Indonesia untuk Kazakhstan, Fadjroel Rachman.
Diharapkan pula dengan kerja sama ini IKN bisa belajar dari Astana yang terlebih dahulu menjadi ibu kota pengganti. Bambang Susantono dan delegasi sempat berkunjung ke pusat pemantauan (monitoring center) lalu lintas Kota Astana, keamanan kota, serta ke Pusat Perencanaan Tata Kota Astana.
Disana para delegasi dari Indonesia mendapatkan penjelasan detail dan berdiskusi mengenai latar belakang sejarah dan tahapan pembangunan kota Astana dari Chikanayev Amanzhol, ahli desain tata kota senior yang terlibat dalam pembangunan mula-mula Ibu Kota Astana.
Wah jadi nggak sabar melihat kerja sama antara Astana dengan IKN Indonesia. Kira-kira selain Astana siapa lagi ya yang cocok untuk jalin kerja sama sister city dengan Indonesia?