Dalam mencoba pengembangan industri kendaraan listrik, Kementerian Perindustrian aktif berkolaborasi dengan berbagai pihak, baik dari dalam negeri maupun luar negri. Baru-baru ini pun pemerintah berkolaborasi dengan pihak luar negeri untuk mengembangkan sistem swap battery di kendaraan listrik.
Pengembangan industri EV memang digencarkan sebagai upaya pemenuhan komitmen dan target Indonesia dalam pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 29% di tahun 2030 dan target emisi nol karbon di tahun 2060.
“Kami berupaya mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu sampai hilir, sehingga menjadi pemain penting dalam global supply chain, termasuk upaya memproduksi kendaraan dengan emisi karbon rendah dan ramah lingkungan,” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier di Jakarta, Selasa (31/5/2022).
Kerjasama yang diajukan pihak Indonesia salah satunya dengan The New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO), Japanese Executing Agency, dan Indonesia R&D Institution. terutama dalam hal model bisnis swap battery dan dampaknya terhadap industri.
”Sehingga dapat dijadikan referensi untuk mendukung investasi dalam pengembangan ekosistem kendaraan bermotor rendah emisi dan ramah lingkungan di Indonesia,” imbuhnya.
Kebutuhan tukar baterai perlu dipenuhi karena cara ini menjadi solusi pengisi daya cepat ke motor listrik. Pasalnya, pengisian daya listrik untuk kendaraan bisa memakan waktu sekitar 1-2 jam. Bila pengguna ingin membeli baterai tambahan, harganya terbilang mahal, bahkan mecapai 40% harga kendaraan.
Maka dari itu, sebelumnya Kementerian Perindustrian bersama New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) telah menggagas stasiun tukar baterai yang dilakukan di Bandung dan Bali, sistem yang digunakan adalah tukar baterai (swap battery) di 40 station, 30 berlokasi di Bandung dan 10 berada di Bali. Baterai copotan ditempatkan di stasiun pengisian listrik umum (SPLU) di SPBU.
Bahkan, di Februari 2022 pun, Pertamina telah mengoperasikan 14 unit battery swapping station di tujuh lokasi green energy station (GES) Pertamina.
Namun untuk menerapkan metode battery swap di tanah air harus terlebih dahulu membangun infrastruktur ekosistemnya yang lebih baik. Selain itu, para customer juga harus diedukai dalam memantau kondisi baterai dan bisa mengunjungi stasiun terdekat untuk penggantian baterai.
Karena, jika suatu negara berhasil mengembangkan teknologi battery swap yang lebih efisien, maka industri kendaraan listrik yang terbangun di dalamnya juga bisa berhasil.