Deretan karya dari seniman Indonesia dan luar negeri hadir meriah di gelaran Art Jakarta 2022 yang diadakan 26-28 Agustus di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta. Salah satu karya yang menarik mata adalah milik seniman Indonesia Tutugraff. Dominasi warna patma pada ilustrasi yang berpadu dengan karya relief berbentuk tangan tersebut membuat beberapa pengunjung menghentikan langkah untuk menilik sejenak.
Tim Sampaijauh.com seolah terhipnotis dengan karya seniman Indonesia Tutugraff tersebut. Kami pun berkesempatan ngobrol sejenak dengan seniman sekaligus animator, editor, dan musisi tersebut. Rupanya, Tutu (panggilan Tutugraff) mengawali karier seninya sebagai pelaku street art pada tahun 2005. Sudah lama banget, loh!
Di pameran Art Jakarta 2022, Tutugraff bekerja sama dengan empat pihak yakni Artsphere Gallery, Museum of Toys, Ace house Collective, dan Lano Art Project yang sama-sama menampilkan karyanya. Salah satu karya yang mencuri perhatian tim Sampaijauh.com adalah hasil kolaborasinya dengan Museum of Toys (MOT) bertajuk Redrum, ilustrasi dengan patma vibes yang berpadu dengan relief tangan memegang bom granat serta aksen kabel berwarna emas.
Menurut Tutu, Redrum merupakan kolaborasi pertamanya dengan MOT, prosesnya sendiri memakan 5 hari.
Redrum: Kehidupan Sosial antar Manusia
Nama Redrum begitu menggelitik, sebab mengingatkan pada salah satu scene dalam film horor psikologi The Shining. Dalam film tersebut, tokoh Danny mengatakan ‘redrum’ sebanyak 42 kali kepada orangtuanya, sebelum pada akhirnya sang ayah, Jack, menggedor pintu kamar.
Yap, dan ternyata benar! Tutu rupanya terinspirasi dari film tersebut saat membuat karya. Tutu menjelaskan kalau karya Redrum miliknya mengambil tema self-being dan humanity. Tutu menggambarkan Redrum seperti perang batin di kehidupan sosial (social life) antar sesama manusia.
“Perang batin di sini lebih ke arah relasi antar manusia. Kalau misalkan perang ini bisa relate juga dengan kehidupan antar manusia. Artinya kalau misalkan kita nggak mengusung satu kedamaian dan adanya toleransi adanya pihak untuk mengalah,” ujar Tutu.
Dari masalah sosial yang kerap kali ditemukan dalam kehidupan sehari-hari ia tuangkan menjadi visualisasi karya yang menarik. Karya 2D yang digabungkan dengan relief tersebut rupanya memiliki makna mendalam, loh. Kabel warna emas yang melilit tangan serta granat tersebut simbol dari relasi khusus antar manusia. Menurutnya, warna emas adalah bagian dari simbolik untuk menyampaikan suatu pesan.
“Intinya mungkin di sini saya mengajak untuk memulai dari diri kita sendiri dan sosial kita sendiri untuk lebih mengenali apa inti dari hidup bersama,” paparnya.
Dari Pameran Internasional hingga Kolaborasi dengan Merek Ternama
Selain Art Jakarta, Tutu juga kerap menampilkan karyanya di berbagai pameran berskala nasional dan internasional. Seperti Affordable Art Fair HK, Street Art Alive (LA, London, Melbourne, Brasil, Berlin), HKWalls HK, Art Stage Sing, dan lain-lain.
Ia juga pernah bekerja sama dengan deretan merek ternama seperti Adidas, Uniqlo, Mercedez, Samsung Tab hingga Ourtusieght. Bocoran dari Tutu, dalam waktu dekat ia akan berkolaborasi dengan merek ternama lainnya. Kita tunggu sama-sama, nih, karya terbarunya!
Tips Jadi Graffiti Artist Profesional
Dengan sepak terjangnya di dunia street art yakni sebagai seorang graffiti artist senior, Tutu memberikan sedikit tips untuk menjadi seorang graffiti artist profesional. Menurutnya, seseorang harus menjadi diri sendiri terlebih dahulu, lalu membuka diri dengan sekitar, dan belajar dari kegagalan.
“Saya sangat cinta dengan kegagalan. Karena kegagalan saya bisa belajar dan menemukan sesuatu yang baru,” tutupnya.
Seniman Indonesia Tutugraff adalah seniman yang patut diacungi jempol. Selain ciri khas karyanya yang mencuri atensi, konsistensi Tutu dalam berkarya adalah poin utama yang perlu kalian sontek dan adaptasikan di kehidupan, Sobat! Tertarik untuk menjadi seniman nggak, nih, Sobat?