Sebagai salah satu negara Asia yang memiliki hutan yang luas, Indonesia juga tercatat mempunyai berbagai hewan endemik yang cukup langka. Salah satunya adalah Katak Pohon Mutiara.
Ya, Katak Pohon Mutiara merupakan katak pohon Jawa yang sempat tercatat sebagai hewan langka dan dilindungi oleh Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Pasalnya, hewan ini sempat menghilang keberadaannya di awal tahun 2010-an.
Namun, pada pertengahan Maret 2021, katak pohon endemik jawa ini ditemukan kembali oleh Tim Observasi ke-19 Unit Konservasi Fauna Institut Pertanian Bogor (UKF-IPB) yaitu satu unit kegiatan mahasiswa di bidang konservasi dari Institut Pertanian Bogor yang melakukan observasi mengenai satwa liar.
Penemuan kembali jenis katak pohon Jawa terjadi ketika tim UKF-IPB berupaya melakukan pengamatan satwa selama tiga hari di kawasan Selabintana dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Sukabumi, Jawa Barat.
Menurut data, Katak Pohon Mutiara atau Nyctixalus Margaritifer merupakan katak endemik Jawa yang masuk dalam famili Rhacophoridae (katak pohon) yang populasinya mulai menurun. Katak jenis Nyctixalus Margaritifer terakhir kali banyak terlihat berkeliaran di TNGGP di tahun 2013. Kebanyakan, tempat tinggal katak pohon ini berada di daerah yang sejuk atau berada di ketinggian 1.200 mdpl.
Dengan kabar penemuan ini, Kepala Bidang PTN Wilayah II Sukabumi, Ir. Syahrial Anuar MM, mengatakan bahwa kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango masih terjaga dengan baik. Untuk itu, ia pun mengajak dan mempersilahkan para peneliti muda melakukan observasi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
“Jadikan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ini sebagai laboratorium raksasa, mengoptimalkan peruntukan taman nasional sebagai lokasi penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi sesuai amanat Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem,” jelas Ir Syahrial Anuar MM seperti dikutip GNFI.
Sekedar informasi saja UKF-IPB sendiri telah melakukan observasi di kawasan TNGGP sebanyak 19 kali. Tim observasi dari UKF-IPB banyak mengamati mamalia, burung, insekta dan hewan yang hidup di dua alam (herpetofauna). Tidak hanya itu saja, mereka juga sering melakukan analisis vegetasi dan indeks kualitas air di sekitar lokasi observasi serta kajian habitat guna mengumpulkan data keberadaan satwa.