Selawat Badar kini resmi menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari Jawa Timur yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud Ristek).Pengesahan ini pun tertulis pada sertifikat Nomor 2194/F4/KB.08.06.2022 tertanggal 21 Oktober 2022 yang dikeluarkan dan ditandatangani oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI, Nadiem Anwar Makarim.
Dalam hal ini Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menjadi perwakilan penyerahan sertifikat Selawat Badar yang termasuk Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia kepada ahli waris pencipta Selawat Badar KH. Ali Manshur Siddiq yang tidak lain adalah putra terakhirnya bernama Saiful Islam Ali.
Adapun Khofifah juga menjelaskan alasannya Selawat Badar didaftarkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda ke Kemendikbud-Ristek karena menurutnya hal ini merupakan salah satu bentuk apresiasi karya kepada sang penciptanya. Sebab, jika tak didaftarkan, ke depannya akan ada pertanyaan dan perdebatan dibalik pencipta Selawat Badar.
“Hari ini menjadi terang benderang bahwa Selawat Badar karya KH Ali Mashur Siddiq telah resmi menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia,” ujar Khofifah, pada Sabtu (22/10).
Lebih lanjutnya, tepat satu tahun lalu di 2021 pada haul KH Ali Manshur, Gubernur Jawa Timur sebelumnya juga pernah memberikan penghargaan setinggi-tingginya yang berupa Pin Emas Jer Basuki Mawa Bea atas penciptaan selawat ini.
Oleh karena itu, Sinarto selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jatim menuturkan setelah penyerahan penghargaan tersebut, pihaknya diperintahkan gubernur untuk mendaftarkan Selawat Badar ke Kemendikbudristek RI sebagai bentuk upaya pengakuan atas karya kiai Nahdlatul Ulama.
“Dalam prosesnya, kami membentuk tim penelusuran sejarah penciptaan Selawat Badae yang melibatkan pihak keluarga dan ahli waris, akademisi, pemerintah, dan juga media,” kata Sinarto.
Buat yang belum mengenal, KH Ali Mashur adalah tokoh pergerakan berpengaruh di NU yang pernah menjadi sala satu perwakilan di Dewan Kontituante. Namun, di tengah kondisi negara sedang di ambang perpecahan akibat menguatnya Partai Komisme Indonesia selana 1959-1965, KH Ali Manshur, saat itu menjabat sebagai Ketua PCNU Banyuwangi, menciptakan Selawat Badar utuk keselamatan Indonesia.
Nah, kemudian pada tahun 1971 sang kreator selawat ini menghembuskan napas terakhir di Kompleks Yayasan Syair Islam, Desa Maibit, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban. Biasanya sampai detik ini masih seringkali diadakan haul Kiai Ali Manshur.