Semenjak kisahnya viral di media sosial TikTok, Dian Nursiati menjadi pembicaraan banyak orang karena hal positif yang diraihnya. Seperti yang diketahui, Dian telah berhasil menyelesaikan studinya dan menjadi sarjana di Meiho University, Taiwan dalam program pendidikan manajemen informasi.
Selama kuliah, ia juga mencoba melestarikan budaya Indonesia di kampusnya dengan memperkenalkan tari Jaipong. Bahkan ia pernah menjadi guru les tari dan sempat memenangkan juara untuk tari tersebut.
“Dian juga sering tampil Jaipong di Taiwan saat acara festival dan sempat jadi guru les untuk seni tari Indonesia di Taiwan. Aku juara satu pas acara pencarian bakat tari Jaipong di Taiwan dan juara 1 acara seni di festival seni antar negara,” ujarnya.
Menjadi sarjana memanglah hal yang terbilang biasa, namun bagi Dian Nursiati sendiri merupakan hal yang membanggakan. Pasalnya selama ini ia sering dicibir dan dihina oleh tetangganya karena hanya dianggap sebagai anak tukang sopir angkot.
Melalui hinaan tersebut semangatnya tak luntur dan terus bermimpi untuk membuktikan bahwa dirinya tak seperti yang dipikirkan dan membalas segala yang dikatakan oleh tetangganya tersebut. Terbukti, Dian kini menjadi seorang sarjana, apalagi lulusan dari luar negeri.
“Aku kuliah di sana karena ikut program kuliah dan magang kerja empat tahun di Taiwan. Jadi pas lulus di SMK Binakarya 1 Karawang, sekolahku kerjasama dengan yayasan yang memberangkatkan siswa dengan nilai tertentu dari hasil UN untuk seleksi program, melalui tes (bahasa Inggris, Mandarin, tulis, nilai rapot, jurusan, interview, pelatihan, medical),” kata Dian.
Dari awal mendaftar sampai lulus kuliah di Taiwan kedua orang tuanya tidak pernah mengeluarkan biaya apapun. Hal tersebut ditegaskan oleh perempuan yang tinggal di daerah Kedungwaringin, perbatasan Karawang dan Bekasi itu.
Saat di negeri orang pun ia tak hanya sekadar kuliah saja, pada 2017 Dian magang di Caesar Park Kenting Hotel, Taiwan. Kemudian pada 2018-2021 ia magang di PT Kisaraki food.co.ltd zhutian Taiwan.
“Karena ini beasiswa parcial yang gratisnya itu hanya sebagian, jadi sebagian lagi dibayar dari hasil magang dan part time di luar,” jelasnya.
Berbagai jenis pekerjaan paruh waktu Dian kerjakan di sana untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Dian pernah bekerja paruh waktu di kebun buah, sebagai pelayan di restoran yakiniku, hingga menjadi juru masak dan cuci piring di warung tempura.
“Itu semua aku lakukan karena selain Dian harus bayar kuliah, makan, dan lainnnya, orang tuaku di rumah kesulitan ekonomi sebab angkot sudah mulai jarang penumpang karena banyak ada ojek online, ditambah masa pandemi,” terangnya.
Setelah lulus ia berencana untuk kembali ke rumah dan bekerja di Surabaya, tepatnya di yayasan yang memberangkatkan pekerja migran ke luar negeri dan menetap di yayasan tersebut.