Alat berat kerap digunakan sebagai penunjang kegiatan penambangan dan juga kegiatan industri. Di kuartal 1 2022 (Januari-Maret), produksi alat berat meningkat dengan realitasnya mencapai 2.113 unit, naik 49,11% dibanding periode yang sama di tahun lalu (year-on-year) dengan jumlah 1.417 unit.
Adapun jenis alat berat yang banyak mendominasi di realisasi produksi periode ini adalah alat berat jenis hydraulic excavator dengan jumlah 1.812 unit atau setara 85,84% dari total produksi. Sedangkan 14% sisanya terdiri dari produksi bulldozer sebanyak 205 unit, dump truck 65 unit, dan motor grader 29 unit.
Lebih lanjut, Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) memproyeksikan bahwa produksi alat berat sepanjang tahun 2022 direncanakan berkisar 9.000 unit – 10.000 unit
“Production plan Hinabi di 2022 sebesar 9.000 unit – 10.000 unit, tidak ada perubahan,” ujar Jamalludin, Ketua Umum Hinabi, melansir dari Kontan.co.id.
Proyeksi ini dibuat berdasarkan permintaan alat berat dari sektor pertambangan yang terus meningkat seiring dengan harga komoditas tambang yang tinggi seperti batu bara dan nikel. Selain itu, ada juga smelter-smelter nikel yang beroperasi untuk mendukung program hilirisasi industri.
Permintaan alat berat juga berasal dari carry over sejumlah permintaan alat berat di tahun 2021 yang dahulu belum sempat terpenuhi.
Di tahun 2021 silam, meski pandemi Covid-19 sudah berangsur-angsur mereda hingga meningkatkan permintaan alat berat, namun material dan manpower produsen alat berat masih terbatas akibat efek gulir pandemi Covid-19 di tahun sebelumnya.
Memasuki awal tahun 2022, industri alat berat Indonesia diproyeksikan tumbuh 40 persen secara keseluruhan di tahun ini. Karena melihat pada tahun 2021, industri alat berat mencatatkan lonjakan produksi hingga 96,07 persen menjadi 6.740 unit.
Namun, industri alat berat ternyata juga masih memiliki ragam kendala. Disebutkan oleh Jamaluddin, kendala tersebut di antaranya adalah masih impornya material untuk membuat alat berat, harga pengapalan yang melambung serta ketersediaannya yang terbatas.
Diketahui bahan baku 40-50% pasokan komponen alat berat yang diproduksi dari dalam negeri, sisanya harus impor.