Menjelang Hari Raya Lebaran, ada satu tradisi yang nggak ketingggalan untuk dilakukan, yaitu memberikan bingkisan yang dinamakan parsel atau yang belakangan juga populer dikenal sebagai hamper kepada keluarga, sanak saudara, teman, ataupun tetangga. Hmm, Sobat SJ tahu nggak sih sejarah tradisi kirim parsel atau hamper Lebaran ada sejak kapan?
Kata “parsel” yang sebenarnya berasal dari bahasa Prancis kuno, yaitu parcelle yang kemudian diserap dalam bahasa Inggris menjadi parcel. Ia berarti sesuatu yang sudah dibungkus. Sementara kata hampers berasal dari bahasa Prancis hanapier, yang artinya keranjang untuk piala.
Dalam praktiknya, tradisi memberikan bingkisan parcel atau hampers sebenarnya bermula sejak masa kepemimpinan Raja Inggris Wiliam I atau William the Conqueror pada abad ke-11, tepat sesudah ia memenangi Pertempuran Hastings.
Kala itu, hamper di masa Raja Willam I diartikan sebagai bingkisan berupa makanan dan anggur yang diletakkan dalam keranjang anyaman. Anyaman dipilih karena dinilai lebih ringan daripada kayu dan lebih tahan lama. Sifat tahan lama diperlukan karena biasanya keranjang hamper melewati perjalanan panjang melintasi darat dan laut. Bingkisan makanan dan anggur dalam keranjang anyaman itu dikirimkan oleh para perempuan yang tak ikut di medan pertempuran kepada para pejuang.
Tradisi mengirimkan bingkisan ini kemudian berkembang dan dilakukan di hari besar keagamaan di zaman Revolusi Industri tahun 1800-an. Keluarga Ratu Victoria di Inggris pada abad ke-19 mengubah hamper jadi barang mewah yang diberikan sebagai hadiah.
Isi hamper jadi mulai beragam dan marak di masyarakat, seperti berbagai macam kue hingga aneka makanan dan minuman yang terutama dikemas dalam kaleng atau stoples. Semua itu ditata dan dihias dalam bentuk keranjang. Hal ini jugalah yang membuat hamper diasosiasikan dengan cara meningkatkan derajat atau kehormatan sosial.
Ditilik dari penjabaran tersebut, sekilas ada perbedaan antara penyebutan hamper dan parsel. Hamper berupa keranjang atau boks yang dikemas berisi sejumlah makanan dan minuman, sedangkan parsel memiliki makna sekumpulan benda yang dibungkus lalu dikirim.
Namun keduanya tetap sama kok, Sob, alias ditujukan sebagai pemberian kepada orang lain. Bahkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, hamper juga merujuk makna kata parsel, yaitu bingkisan yang berisi berbagai hadiah, seperti aneka kue, makanan dan minuman dalam kaleng, barang pecah belah, yang ditata apik dalam keranjang dan dikirimkan kepada orang-orang tertentu pada hari raya.
Kemunculan Hamper atau Parsel di Indonesia
Nah, di Indonesia, tradisi kirim parsel atau hamper mulai dikenal seiring perkembangan agama Islam. Seperti diungkapkan Ketua Asosiasi Pengusaha Parsel Indonesia (APPI) Fahira Idris, tradisi kirim hamper lebaran atau hari besar keagamaan juga lumrah dilakukan dilakukan di beberapa negara di dunia.
Salah satu versi menyebutkan sejarah hamper di Indonesia telah ada sejak masa penjajahan Belanda. Hamper kala itu berupa keranjang berisi makanan atau produk hasil bumi untuk para pekerja perkebunan sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras mereka.
Setelah Indonesia merdeka, hamper masih terus digunakan sebagai hadiah dalam berbagai acara, seperti pernikahan, ulang tahun, atau acara perusahaan. Isinya pun semakin beragam, seperti produk makanan, minuman, kosmetik, atau barang keperluan sehari-hari.
Nah, itulah sejarah tradisi kirim parsel atau hamper terutama menjelang hari besar keagamaan, seperti Idulfitri. Ingat, Sob, mengirimkan parsel atau hamper hanyalah jika mampu, nggak perlu dipaksakan, ya!