Sejarah Penentuan Pelat Nomor di Indonesia

Mulai diperkenalkan pada tahun 1900 saat era kolonial Belanda.

sejarah penentuan pelat nomor

Pelat nomor di kendaraan. Sumber foto: shutterstock.com/Ridwan Zulfirman

Sob, beberapa waktu belakangan ini, pelat nomor atau yang punya nama resmi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) lagi jadi bahan perbincangan hangat di masyarakat. Adanya privilege atau hak istimewa sebagian masyarakat yang memiliki kendaraan berpelat nomor berakhiran RF membuat penggunanya jadi semena-mena di jalan raya. Kondisi ini membuat Polri akhirnya berencana akan menghilangkan pelat RF. Lebih jauh, kamu penasaran nggak nih, Sob, dengan sejarah penentuan pelat nomor yang dipakai di Indonesia?

Pelat nomor pada kendaraan tentunya nggak cuma ada di Indonesia, tapi juga sudah sejak dulu di kendaraan-kendaraan di seluruh dunia. Secara global, pelat nomor pada kendaraan pertama kali diterapkan oleh negara Prancis pada tahun 1890 guna memudahkan identifikasi kendaraan yang semakin banyak, juga mengusut kasus kecelakaan. Hingga akhrinya Amerika Serikat dan Belanda mulai menerapkan hal yang sama di tahun 1901. 

Sejarah Pelat Nomor di Indonesia

Di Indonesia sendiri, pelat nomor pada kendaraan kemudian mulai diperkenalkan pada 1900 saat era kolonial Belanda. Saat itu yang tercantum dalam pelat nomor masih sekadar kode daerah dan nomor registrasi kendaraan, tanpa ada pembakuan resmi. Pelat juga bisa dipasang di bagian manapun, nggak harus di depan dan belakang.

Namun, sebenarnya untuk kode di pelat sudah ada sejak satu dekade sebelumnya. Simak kronologi waktu berikut ini untuk mengetahui perubahan-perubahan di pelat nomor Indonesia.

1811: Berawal dari Batalyon Inggris yang Datang ke Indonesia

Untuk kode daerah di pelat nomor, rupanya di Indonesia mengkuti penamaan kode daerah yang dibuat Inggris kala datang merebut Indonesia dari Belanda pada 1811. Saat itu Inggris datang bersama 26 batalion yang dinamakan A-Z. Batalyon A menduduki Banten, Batalyon B menduduki wilayah Batavia, Batalyon L menduduki Surabaya. 

Dan ketika Belanda berhasil merebut kembali Indonesia dari Inggris pada 1816, kode daerah ini tetap diteruskan hingga ke Sumatera, Kalimantan, kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku. Dari situlah alasan mengapa wilayah Jakarta dan sekitarnya berpelat B, Banten dengan huruf A dan Surabaya dengan huruf L.

kode pelat nomor di wilayah Indonesia
Kode wilayah di pelat nomor. (Foto: Creative Commons Attribution-Share Alike 2.5 Generic).

1917: Belanda Tetapkan UU Registrasi Pelat Nomor dan SIM

Hingga akhirnya, ketika pada 1917, Voorschriften omtrent den inhoud der aanvragen om nummer- en rijbewijzen, het opgeven nummers en letters, de modellen van nummer- en rijbewijzen, het aanleggen van registers van houders der bewijzen en het bekend maken van den inhoud der registers atau Undang-undang tentang registrasi pelat nomor dan SIM, spesifikasi angka dan huruf, model pelat nomor dan SIM, penetapan daftar pemegang SIM, dan penerbitannya dibuat, mulai berlaku kewajiban untuk meregistrasikan kendaraan secara nasional 

Pelat nomor di tahun 1925
Pelat nomor tahun 1925 untuk wilayah Pekalongan, Jawa Tengah. (Foto: KITLV via Historia.id).

Awalnya desain yang ditentukan oleh pemerintah Hindia Belanda di Indonesia masih berupa kode kewilayahan dan nomor registrasi. Sama seperti yang berlaku sebelumnya, tapi telah menjadi resmi. Nah, barulah, pada 1980-an, ada tanda masa berlaku nomor dengan format bulan dan tahun, dipisahkan dengan tanda pisah atau titik tengah. Warna tanda masa berlaku juga memakai warna berbeda.

1990-2021: Perubahan-perubahan pada Pelat Nomor

Pada era 1990-an, huruf-huruf yang digunakan di pelat nomor menjadi huruf-huruf emboss atau cetak timbul, dengan masa berlaku dapat ditempatkan di atas maupun di bawah nomor polisi.

Memasuki tahun 2000-an, desain dan spesifikasi teknis Tanda Nomor Kendaraan Bermotor mulai diatur dimensinya oleh Direktorat Lalu Lintas Polri (Ditlantas Polri) karena jumlah kendaraan makin meningkat. Spesifikasi ukuran TKNB adalah 395 mm × 135 mm untuk kendaraan roda empat atau lebih, sedangkan 250 mm × 105 mm untuk kendaraan roda dua atau tiga. Pelat dituliskan dengan huruf lebar, sementara di antara nomor registrasi dan masa berlaku dipisahkan dengan garis.

pelat nomor 2000 hingga 2021
Pelat nomor 2000 hingga 2021, masih berdasar warna hitam. (Foto: Iwansw at English Wikipedia).

Dekade berikutnya, tepatnya pada April 2011, desain pelat nomor diubah total. Ukurannya lebih panjang 5 cm dan huruf lebih langsing. Hal ini untuk mengakomodasi jumlah huruf yang lebih banyak di pelat. Ukuran pelat menjadi bertambah, dengan panjang 275 mm dan lebar 110 mm bagi kendaraan roda dua atau tiga. Sementara untuk kendaraan roda empat atau lebih, panjang 430 mm dan lebar 135 mm. Bahan yang digunakan untuk pelat nomor ialah aluminium dengan tebal 1 mm.

2022-Sekarang: Warna Pelat Nomor Diubah Total

Hingga akhirnya pada 2022 lalu, Korlantas Polri kembali mengeluarkan skema baru. TKNB yang sebelumnya menggunakan warna dasar hitam dengan tulisan putih, diubah menjadi berwarna dasar putih dan tulisan hitam. Hal ini dilakukan guna mempermudah deteksi pelanggaran lalu lintas dengan kamera tilang elektronik.

Pelat nomor kendaraan Indonesia
Perubahan warna dasar pelat nomor dari hitam ke putih. (Foto: mitsubishi-motors.co.id).

Nah itu, dia, Sob, sejarah penentuan pelat nomor atau Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang dipakai di Indonesia. Sekarang kamu jadi paham kan, alasan mengapa daerah Jakarta dan sekitarnya berpelat B, Bandung berpelat D, dan kode-kode untuk wilayah lainnya?

Exit mobile version