Mobil listrik perlahan mulai diminati oleh masyarakat umum di belahan dunia. Selain menjadi tren dan diminati pasar, mobil listrik diminati lantaran diklaim lebih ramah lingkungan dari kendaraan yang berbahan bakar energi fosil. Namun tahukah Sobat, sebelum nge-hits seperti sekarang ini, ternyata cerita dan sejarah mobil listrik telah dimulai sejak abad ke-19 lalu?
Mengutip salah satu cerita sejarah mobil listrik dunia, penemuan kendaraan bertenaga listrik pertama kali ditemukan pada 1828 oleh Ányos Jedlik. Ia adalah seorang pendeta sekaligus fisikawan dari Hungaria. Di saat eksperimennya, Ányos Jedlik menciptakan motor penggerak elektrik pertama yang kemudian disematkan ke mobil berukuran kecil.
Versi lain pun menceritakan jika mobil listrik pertama ditemukan pada 1843 oleh investor asal Skotlandia bernama Robert Anderson. Ia juga diketahui membuat kereta listrik mentah serta membuat mobil elektrik skala kecil dengan baterai sekali pakai.
Di akhir tahun 1890-an, tercatat satu rekor dunia terkait kendaraan listrik yang dibuat oleh Camille Jenatzy. Kendaraan listrik tersebut bernama Jamias Concrete, diperkenalkan pada 29 April 1899. Dengan bentuk unik seperti roket, mobil listrik ini mampu melesat hingga kecepatan 105,88 km/jam.
Abad ke-20: Mulai Temui Kendala dan Popularitas Menurun
Memasuki abad ke 20, minat masyarakat terhadap mobil listrik pun semakin meningkat. Contohnya di Inggris (1897), di mana telah tersedia taksi bertenaga baterai. Sedangkan di New York terdapat perusahaan penyedia transportasi bertenaga baterai bernama Samuel’s Electric Carriage and Wagon Company.
Minat masyarakat di Eropa dan Amerika Serikat terhadap mobil listrik kala itu karena mobil listrik tidak memiliki getaran, bau, atau suara-suara bising yang biasanya ditemukan pada kendaraan berbahan bakar minyak.
Meskipun begitu, mobil listrik ‘generasi pertama’ tersebut banyak memiliki kekurangan, yakni keterbatasan jarak tempuh serta kurangnya infrastruktur pengisian ulang baterai. Saat itu sebenarnya juga telah ditemukan solusinya yaitu layanan tukar baterai kendaraan pertama yang diterapkan oleh Hartford Electric Light Company.
Cara kerjanya, pemilik mobil listrik dari perusahaan General Vehicle Company membeli baterai listrik kendaraan di Hartford Electric. Pasalnya, saat itu hanya Hartforf Electric yang mampu menyediakan penyediaan baterai untuk kendaraan listrik. Pelayanannya pun berlangsung singkat, yakni dari tahun 1910 hingga 1924.
Meski sudah ada solusi tukar baterai, di tahun 1920-an pula, popularitas mobil listrik mulai jatuh di pasaran. Menurunnya minat mobil listrik dipicu oleh penemuan sumber minyak yang berlimpah, dan produsen mobil berbahan bakar bensin banyak menawarkan teknologi terbaru serta lebih mudah digunakan.
Kali Kedua Kebangkitan Mobil Listrik di Abad 21
Tidak lama berselang, tepatnya di akhir abad ke-20 minat terhadap mobil listrik di belahan dunia pun muncul kembali. Salah satu yang memulainya adalah California Air Resource Board (CARB), Amerika Serikat.
Mereka mulai menganjurkan kepada semua pabrikan otomotif untuk mulai membuat kendaraan yang efisien bahan bakar dan minim emisi. Keputusan tersebut mendapatkan hasil positif. Terbukti, memasuki abad ke-21, pabrikan mobil dunia mulia meninggalkan mobil-mobil bongsor seperti SUV dan berfokus pada mobil kecil, hybrid, dan mobil listrik.
Salah satu perusahaan otomotif yang paling terekspos saat ini adalah Tesla. Ya, dengan mobil listrik bernama Roadster yang dikembangkan sejak 2004 ini, mampu memikat masyarakat dunia. Bahkan dengan tipe mobil Roadster ini, Tesla mampu menggiring berbagai produsen otomotif agar beralih ke kendaraan listrik.
Hal ini bisa dilihat dari salah satu produsen kendaraan asal Jepang, Mitsubishi, yang merilis mobil listrik pada Juli 2009 bernama i-MiEV. Lalu langkah ini juga diikuti produsen mobil dunia lainnya dari Nissan-Chevrolet yang mendatangkan mobil listrik lewat Leaf dan Volt.
Dengan begitu, hal ini sejalan dengan kesepakatan global yang terjalin di antara negara-negara di dunia untuk meminimalisir dampak perubahan iklim dengan menargetkan nol emisi karbon hingga nol emisi gas rumah kaca, dengan menciptakan mobil-mobil futuristis yang tidak lagi membutuhkan bahan bakar minyak.
Kini, minat terhadap kendaraan listrik mulai meningkat lagi. Bahkan Indonesia, saat ini telah menjadi salah satu ‘surga’ bahan utama baterai listrik yaitu nikel. Tentu saja hal ini menjadi kesempatan emas bagi Indonesia sebagai pemain besar kendaraan listrik dunia.