Tingginya angka kasus positif Covid-19 di Indonesia beberapa waktu belakangan, salah satunya adalah penuhnya ruang rawat di rumah sakit. Pasien dengan gejala ringan atau tidak bergejala banyak melakukan isolasi mandiri.
Tapi, tidak sedikit juga pasien yang melakukan isolasi mandiri (isoman) dengan gejala ringan mengalami sakit yang cukup parah bahkan menularkan ke lingkungan sekitar. Hal ini terjadi akibat kesalahan dalam melakukan isoman.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengungkapkan, kesalahan-kesalahan dalam melakukan isoman memicu terjadinya peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia serta mengakibatkan keterbatasan ruang di rumah sakit.
Untuk itu, pasien harus memperhatikan hal-hal dalam melakukan isoman. Jangan membuat kesalahan-kesalahan seperti di bawah ini:
Masih berada dalam satu tempat bersama keluarga dan berinteraksi langsung
Seharusnya, dalam melakukan isoman, pasien perlu berada di dalam rumah atau ruangan selama 14 tanpa ada kerabat atau keluarga yang sehat. Hal ini dilakukan untuk menghindari penularan lebih luas akibat interaksi secara langsung.
Tidak ada pengawasan dari tenaga medis
Meskipun pasien melakukan isoman, diharuskan ada pengawasan dari tenaga medis. Guna memantau atau memonitoring perkembangan kesehatan pada pasien. Jika kondisi pasien t semakin buruk, pasien tidak terlambat dalam penanganan medis.
Melakukan kegiatan atau olahraga yang berlebihan dan berfikir negatif
Seperti orang sakit pada umumnya, seharusnya pasien sakit membutuhkan istirahat yang cukup. Bukannya melakukan kegiatan atau olahraga yang berlebihan di tempat isolasi. Karena, jika pasien mengalami kelelahan fisik, akan mengganggu kadar oksigen dalam tubuh.
Diharuskan juga, untuk menjaga mental, pasien diharapkan tetap tenang dan selalu berfikir positif atau melakukan komunikasi melalui virtual dengan keluarga, sahabat, serta teman-teman yang menyenangkan.
Pasien Covid-19 tidak mengenali ciri- ciri pemburukan gejala
Saat mengetahui terpapar Covid-19, diharapkan pasien yang menjalani isoman harus mengenali ciri- ciri pemburukan gejala. Selain memantau kadar oksigen dan suhu tubuh pasien bisa mengenali gejala pemburukan dengan mengecek jumlah hembusan nafas.
Hitung nafas, jika respiratory rate atau laju pernafasan melebihi 24 kali dalam waktu tersebut, maka pasien diartikan memiliki durasi nafas yang pendek, jangan dibiarkan. Lakukan proning atau meningkatkan saturasi oksigen dan disarankan untuk menghubungi tenaga medis.
Dengan mengetahui poin-poin di atas, diharapkan dapat mengurangi kasus penularan dan menekan angka positif Covid-19 di Indonesia.