Sejak berdiri pada 2013, Irama Nusantara, sebuah gerakan pengarsipan bebunyian karya musisi Indonesia disambut hangat di tengah masyarakat. Keberadaannya bermakna besar bagi pengumpulan dan digitalisasi data karya musik. Kini, menginjak satu dekade eksistensinya, Irama Nusantara akan memublikasikan beragam arsip musik dengan menggelar rangkaian acara pameran.
Bertajuk “Rangkaian Irama”, acara yang dapat mengisi wawasan Sobat tentang musik Indonesia dan seluk-beluknya ini sayang untuk dilewatkan. Selama sebulan penuh, yaitu 16 September hingga 15 Oktober 2023, kamu bisa kunjungi serangkaian acaranya, dari pameran arsip musik populer Indonesia, diskusi publik, pemutaran film, dan pertunjukan musik. Acara ini diadakan di Museum Kebangkitan Nasional, Senen, Jakarta Pusat.
Gerry Apriryan selaku Manajer Program Irama Nusantara mengatakan, gelaran Rangkaian Irama dimaksudkan sebagai kesempatan untuk lebih membuka akses masyarakat untuk mengenal sejarah musik Indonesia.
“Kami ingin bikin pameran rekaman dokumentasi. Dengan tagline ‘Lagu Baru dari Masa Lalu’, kami ingin lebih menjangkau generasi muda. Karena yang bisa melanjutkan pelestariannya (musik Nusantara) adalah anak muda,” ucap Gerry, dalam konferensi pers Rangkaian Irama Satu Dekade Irama Nusantara, di Museum Kebangkitan Nasional, Rabu (30/8/2023).
Gerry menuturkan, rencana perayaan 10 tahun Irama Nusantara telah dicanangkan sejak akhir 2022. Dengan beragam mata acara, Rangkaian Irama akan berpusat membahas persoalan yang mereka geluti 10 tahun belakangan dalam skena musik Indonesia.
Dengan penyediaan tempat dan dukungan pendanaan acara dari Direktorat Film, Musik, dan Media Baru Kemendikbudristek, Sobat dapat berkunjung cukup dengan membayar tiket masuk pengunjung museum sebesar Rp2.000.
Mengenal Irama Nusantara
Selain dikenal oleh para pencinta dan kolektor karya musik lawas, Irama Nusantara menjadi satu-satunya yayasan pengarsip musik Indonesia yang dikelola secara nirlaba.
Selain pelaku musik, Irama Nusantara mulanya digagas oleh tujuh orang berlatar belakang berbeda tapi dipersatukan oleh kecintaan kepada musik Indonesia. Mereka ialah David Tarigan, Christoforus Priyonugroho, Toma Avianda, Alvin Yunata, Norman Illyas, Dian Wulandari dan Mayumi Haryoto.
“Kami semua penggemar musik dan punya concern kenapa susah sekali cari benchmark musik Indonesia zaman dulu? Yang dari luar negeri malah lebih mudah. Satu-satunya tempat mencari karya musik jadul itu di pasar loak di Jalan Surabaya (Jakpus). Maka ide ini (Irama Nusantara) untuk melestarikan dan ingin musik Indonesia dikenal lebih meluas,” tutur Dian juga dalam konferensi pers.
Secara swadaya baik dari segi pembiayaan dan teknik pembelajaran, Irama Nusantara dideklarasikan di Bandung pada 17 Agustus 2013. Niat utamanya ialah menghimpun dan mengarsipkan data musik Indonesia, mencakup beragam media seperti mengonversi dari karya musik berupa piringan hitam, majalah musik, serta restorasi dan digitalisasi.
Kini, aktivitas pengarsipan masih terus dilakukan dan dipublikasikan melalui laman iramanusantara.org. Berupa yayasan nirlaba, Irama Nusantara sempat hampir membubarkan diri pada September 2020 karena kendala keuangan. Namun, berkat dukungan bermacam pihak dan pemerhati seni-budaya, Irama Nusantara masih tegak selaku komunitas pengarsip musik yang independen di Indonesia.
Mereka membuka akses data karya musik populer Indonesia yang terhimpun dari era 1920 hingga 2000-an. Sejauh ini sebanyak 7.870 rilisan album musik populer Indonesia telah terdigitalisasi basis data Irama Nusantara.
Selain itu, dilakukan pengembangan digitalisasi karya musik di enam kota, yaitu Jakarta, Jambi, Medan, Makassar, Yogyakarta, dan Bandung. Ini dimaksudkan untuk mengaktifkan pengarsipan dan digitalisasi secara baik dan benar atas karya musik lokal setempat. Selanjutnya, hasil digitalisasi dapat dikonversikan ke ragam karya budaya, seperti film dan lainnya.
Empat Mata Agenda
Ada empat acara utama yang dapat Sobat kunjungi dalam peringatan satu dekade Irama Nusantara.
Pameran Arsip “Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas”
Pameran arsip bersumber dari buku Rangkaian Irama Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas: Perjalanan Musik Pop Indonesia 1960-1969. Buku hasil riset tim Irama Nusantara diterbitkan pada 2022. Bagi pengunjung yang ingin tahu tentang sejarah musik di Indonesia, pameran arsip “Dari Ngak Ngik Ngok ke Dheg Dheg Plas” ini membagi tiga linimasa perkembangan industri musik populer Indonesia, yaitu era pra-1960-an, Orde Lama (1960-1965), dan Orde Baru (1966-1969).
Kamu juga bisa mengaitkan keberadaan karya musik lawas dengan film-film Indonesia jadul lewat sejumlah pemutaran film di sepanjang jadwal pameran ini.
Konferensi Ria: Arsip Nusantara
Kedua, “Konferensi Ria: Arsip Nusantara” akan diadakan pada 14 Oktober 2023. Melalui kegiatan ini, para pengarsip dapat mengenal ragam metode pengarsipan yang dilakukan oleh pengarsip dan komunitas arsipan dari seluruh Indonesia. Artinya, ini acara khusus sebagai ajang bertemunya sesama pegiat arsip budaya pop, musik, program TV, majalah populer untuk berjejaring.
Bisik-Bisik Musik
Sebagai bagian dari edukasi dan penyebarluasan isu pengarsipan musik, Rangkaian Irama juga menghadirkan dialog publik. Di kegiatan bernama Bisik-Bisik Musik ini, kita dapat mengenal persoalan arsip musik populer Indonesia dari sudut pandang historis, industri, akademik, dan terkait dengan hak kekayaan intelektual.
Bisik-Bisik Musik diadakan pada 14 dan 15 Oktober 2023 sebanyak sembilan sesi dialog dengan beragam topik. Salah satu pendiri Irama Nusantara, Dian Wulandari, mengatakan, mata acara ini juga akan membahas isu-isu mutakhir yang terlibat dalam perkembangan musik populer Indonesia, seperti dampak teknologi terhadap karya penciptaan musik, hak cipta, royalti, non-fungible token (NFT), serta pengaruh musik terhadap politik.
Irama Berdendang
Serangkaian dengan jadwal Bisik-Bisik Musik, publik dapat menikmati sajian pertunjukan musik oleh lebih dari 20 musikus dalam acara “Irama Berdendang”. Dengan kemasan modern, Sobat akan dihibur oleh sejumlah artis, antara lain Louise Monique & Galabby Thahira, Kurosuke, The Panturas, Bangkutaman, Nonaria, sampai Diskoria.
Pertunjukan “Irama Berdendang” selaras dengan tagline Rangkaian Irama, maka ada menyajikan 3 macam konsep show, yaitu tribute, cover-version, dan DJ set dengan mengundang pemusik disc jockey yang akan memainkan musik sebagai persembahan bagi musisi Indonesia di masa silam.
Bakal seru dan menghibur kan? Jadi, catat tanggal dan sempatkan datang ke acara ini, ya, Sob!