Baru-baru ini salt therapy (terapi garam) menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Terapi garam disebut-sebut sebagai metode ampuh untuk mencegah efek polusi udara yang semakin parah, khususnya di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Pasalnya kualitas udara yang semakin buruk bukan cuma berimbas pada orang dewasa, melainkan sangat berbahaya dan rentan penyakit bagi bayi. Maka salah satu jalan untuk mencegah efek berbahaya dari polusi udara pada anak-anak dilakukan terapi garam.
Salah satu orang yang mencoba terapi garam ini adalah Nikita Willy, aktris kenamaan Indonesia. Dia menggunakan metode ini kepada anaknya, Issa Xander, guna mencegah efek polusi udara yang kian memburuk di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Apa itu Salt Therapy?
Berdasarkan penuturan Adam Loss dari Salt Therapy Association (STA), terapi garam merupakan salah satu metode alami yang diyakini dapat membantu membersihkan sistem pernapasan, meningkatkan fungsi paru-paru, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Secara umum metode terapi garam dikenal juga sebagai haloterapi. Biasanya terapi ini dilakukan di ruangan khusus yang disebut ruang garam atau gua garam. Di samping itu, bisa juga dipraktikkan di tempat yang lebih nyaman, misalnya ruang spa.
Dengan penerapan terapi garam, seseorang menghirup udara dengan partikel garam terkecil untuk meningkatkan kualitas pernapasan. Kebanyakan metode ini digunakan untuk anak-anak dan bayi. Selain bisa meningkatkan kesehatan paru-paru, nggak jarang cara ini juga dilakukan untuk mengatasi penyakit seperti asma, bronkitis, dan batuk.
Lalu bagaimana sejarah terapi garam, Sob? Apakah ini termasuk metode terbaru dalam mencegah gangguan pernapasan karena efek polusi udara?
Sejarah Terapi Garam
Rupanya terapi ini sudah ada sejak dahulu kala, Sob. Lebih tepatnya, terapi garam ditemukan pada 1843 oleh seorang dokter asal Polandia bernama Felix Boczkowski. Kala itu Felix mendapatkan fakta terbaru yang menyebutkan, orang-orang pekerja tambang garam diketahui sangat sedikit mengalami masalah pernapasan ketimbang orang yang bekerja di luar kawasan tersebut.
Dari penemuan fakta ini, Felix mencoba menghubungkan dengan aerosol garam yang dihirup oleh para penambang saat mereka menambang garam. Perlu Sobat ketahui, aerosol garam merupakan partikel mikro yang beterbangan ke udara.
Karena bentuknya sangat kecil, partikel ini sangat mudah terhirup oleh penambang garam. Alhasil Felix semakin yakin bahwa garam memang baik untuk kesehatan, terutama bagi saluran pernapasan.
Setelah diketahui bahwa garam berkhasiat baik bagi kesehatan tubuh, khususnya paru-paru, saat itu banyak area penambang garam yang langsung diubah menjadi tempat pengobatan terapeutik.
Akhirnya, pada 1980, Institut Penelitian Sains Odessa di Ukraina mengembangkan perangkat atau alat terapi garam modern Haloterapi yang terkenal sebagai mesin penghancur garam.
Menarik Polutan
Pada dasarnya garam mempunyai sifat antiinflamasi dan antibakteri alami. Karena sifat inilah garam bisa melegakan pernapasan pada manusia. Bagaimana caranya?
Setelah garam mikro terhirup oleh manusia, maka lendir di hidung dan sistem pernapasan mencair sehingga mudah untuk dikeluarkan. Kemudian, saat lendir keluar, garam pun akan menarik patogen, kotoran, dan polutan yang sempat terhirup oleh manusia. Jadi, apakah Sobat tertarik untuk mencoba terapi garam ini?