Makanan khas Indonesia, tempe perlahan kini telah diperkenalkan ke segala penjuru dunia dengan berbagai cara. Seperti yang dilakukan oleh Rustono, seorang pengusaha asal Jawa Tengah yang saat ini menjadi pelopor tempe di negeri ‘Sakura’ Jepang.
Rustono memperkenalkan tempe dengan cara mendirikan pabrik tempe di wilayah kota Kyoto, Jepang. Pabrik tersebut telah berdiri kurang lebih 20 tahun. Awal mula pria kelahiran Grobogan mendirikan pabrik tempe adalah keinginannya membuat memperkenalkan salah satu makanan ciri khas tanah air di Jepang.
Karena, saat itu masyarakat di Jepang belum banyak yang mengetahui tempe dan bahan dasar pembuatan tempe. Padahal, di Jepang sendiri makanan dasar kacang kedelai cukup banyak ditemukan seperti natto.
Selama perjalanan karirnya menjadi pelopor tempe di Jepang, Rustono harus mengalami jatuh bangun. Di awal karir usahanya, dulu ia sering menawarkan dan membawa ‘bungkusan putih’ (tempe) ke beberapa restoran. Tak jarang beberapa kali ia mengalami penolakan dari restoran tersebut.
Bisa dibilang juga, dalam usahanya memperkenalkan tempe di Jepang, ia cukup nekat. Pasalnya, Ia mengaku belum pernah mengetahui cara membuat tempe. Sampai akhirnya ia menghubungi ibunya untuk menanyakan resep membuat tempe.
Pada beberapa kali percobaan ia sempat gagal karena faktor musim yang mempengaruhi proses pembuatan tempe. Tetapi dengan tekad yang kuat dan semangat pantang menyerahnya membuat mimpinya pun terwujud.
Kejadian tersebut terjadi dimulai pada Desember 2005, di mana banyak wartawan lokal di Jepang mewawancarainya untuk mengetahui usaha yang dibangunnya. Sejak saat itulah, banyak restoran yang memesan tempe buatan pabriknya. Bahkan, dari konsumennya tersebut ada dari restoran yang pernah menolak dirinya.
Tidak hanya itu saja, pada tahun ke delapan, bisnis tempenya masih belum berhasil. Namun, ia malah berpikir untuk memperluas pabrik tempenya.
“Dua hari kemudian, saya dapat telepon dari orang-orang yang menolak saya, meminta dibawakan tempe. Mulai banyak yang order juga,” katanya.
Saat ini, pria yang menginjak usia 52 tahun tersebut telah memiliki 2 pabrik tempe. Dan dalam sehari usaha yang didirikannya dapat menghasilkan 10.000 bungkus, serta didistribusikan ke berbagai wilayah di Jepang.
“Kami produksi 10.000 bungkus [setiap lima hari] dan dikirim ke lebih 1.000 titik di Jepang, meliputi restoran, katering, sekolah untuk makan siang, hotel, toko-toko Asia, orang Indonesia di Jepang, maskapai penerbangan dan masih banyak lagi,” tambahnya.