Mengawali pekan pertama di tahun 2021, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dipastikan menguat hingga Senin (4/1) siang. Mengutip dari berbagai sumber media online, US$ 1 ( 1 dolar Amerika Serikat) dibanderol seharga Rp. 13.870.
Nilai rupiah menguat 1,21 % dibandingkan dengan penutupan perdagangan saat sebelum libur Tahun Baru. Sedangkan kurs tengah Bank Indonesia (JISDOR) berada di posisi Rp. 13.903 per tanggal 4 Januari 2021.
Menurut kutipan CNBC Indonesia, penguatan rupiah ditopang oleh derasnya arus modal ke pasar keuangan Indonesia. Pada pukul 11.29 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat melemah, berbalik menguat 0,96 % ke 6.036,61.
Sementara di pasar obligasi pemerintah, imbas hasil (yield) untuk hampir seluruh tenor bergerak turun. Penurunan yield menandakan harga instrumen naik karena tingginya minat pelaku pasar.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra memperkirakan tren positif tersebut akan berjalan berkelanjutan setelah kuartal I/2021. Sepanjang tahun ini diprediksi nilai rupiah akan berada di angka Rp. 13.800 hingga Rp. 14.500 per dolar AS.
Dengan peningkatan 1 %, maka rupiah bisa dikatakan yang terbaik di Asia. Selain itu, penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga akan ditopang oleh respon positif pasar terhadap stimulus fiskal Amerika Serikat yang telah ditandatangani oleh Donald Trump.
Potensi penambahan paket stimulus pada masa Joe Biden mendatang, dipastikan akan semakin melambungkan nilai rupiah. Meski demikian, rupiah juga bisa kembali melemah jika pemerintah tidak segera bergerak cepat untuk menyediakan vaksin Covid-19 kepada masyarakat di Indonesia.
Pasalnya, dengan tersedianya vaksin covid 19 dan tersebar secara merata ke tiap wilayah di Indonesia, maka akan menambah kuat nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.