Rumah Langit merupakan sebuah Rumah Belajar untuk Anak kurang mampu dan pemulung jalanan yang tidak bisa melanjutkan sekolah. Rumah belajar ini didirikan atas dasar pemikiran remaja bernama Winona Syifa asal Jakarta di tahun 2016.
Awal berdirinya Rumah Langit bermula saat Winona (nama panggilan) melihat banyak anak-anak usia sekolah berkeliaran ketika jam belajar. Remaja yang diketahui sebagai juara pemuda pelopor tingkat kecamatan ini lalu meminta izin kedua orang tuanya untuk membuat sebuah tempat bimbingan belajar dekat komplek pemulung di kawasan Kampung Tengah, Jakarta Timur.
Rumah Langit sendiri dibangun dari sebuah gudang kosong yang tidak terpakai. Melihat ruang kosong tersebut, Winona bersama orang tuanya ‘menyulap’ gudang tersebut menjadi sebuah ruang belajar untuk anak-anak kurang mampu untuk mengeluarkan kreasinya.
Kebetulan juga, ide awal Winona tersebut sama seperti keinginan sang ayah, Yusar Mikail, untuk membuat rumah belajar. Hasilnya, Rumah Langit memiliki 3 anak didik di awal berdiri. Ketiga anak tersebut merupakan pemulung yang tidak bisa bersekolah karena tidak memiliki biaya.
“Jadi memang dari dulu bapak saya mau membuat tempat untuk anak-anak yang kurang mampu, supaya mereka bisa berekspresi sebebas mungkin. Kita pertama kali memulai Rumah Langit hanya 3 orang saja. Ketiga orang itu kita temui di depan Rumah Langit saat mereka baru pulang memulung. Lalu, ketiganya ditanya oleh ibu saya untuk sekolah dan mereka datang ke Rumah Langit ini,” terang Winona seperti dikutip salah satu media online.
Setelah mengajak ketiga anak pemulung tersebut, lalu berikutnya mereka membawa sekitar 20 orang teman, dan Rumah Langit pun tidak langsung memaksa anak-anak tersebut menerima pelajaran, namun diajarkan beradaptasi satu sama lain.
“Kalau mereka mau main, mereka akan main, kalau mereka mau nyanyi mereka nyanyi. Pada bulan berikutnya kita tanya kepada mereka, apakah mereka bisa membaca dan menulis? Rata-rata dari mereka belum bisa membaca dan menulis. Saat itulah perlahan kita ajarkan mereka membaca dan menulis,” tambah Winona.
Meski membebaskan anak didiknya untuk berkreasi, namun Rumah Langit tetap memberikan pelajaran-pelajaran yang diajarkan di sekolah, seperti pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pendidikan Agama dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Di tahun 2019, tercatat Rumah Langit telah memiliki kurang lebih 80 anak didik. Dari jumlah tersebut, sekitar 50 sampai 60 anak didik yang aktif belajar dengan rata-rata usia 4-17 tahun. Sedangkan untuk pengajarnya, Rumah Langit memiliki kurang lebih 20 pengajar yang berstatus sebagai mahasiswa.
Para pengajar di Rumah Langit sendiri rata-rata tidak meminta bayaran dan bersedia mengajarkan para anak didik secara sukarela. Selain dibantu oleh sukarelawan mahasiswa, Rumah Langit juga kerap dibantu financial-nya oleh para donatur dari berbagai profesi, untuk membiayai operasional pendidikan rumah belajar untuk anak ini.