Robot pelayan kafe diciptakan dan dikembangkan oleh sejumlah santri perempuan dari Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang, Sumatera Barat. Mereka menciptakan dua robot yang masing-masing diberi nama Sabai dan Midun.
Teknologi robot pelayanan kafe tersebut dapat melayani tanpa harus tatap muka, sekaligus tetap menjaga jarak. Cocok di kondisi sekarang ini saat adanya pandemi virus corona.
Saat ini, robot Sabai dan Midun sudah bisa dioperasikan dan mejadi pelayan di kafe yang ada di Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang tersebut.
Ide pembuatan robot ini digagas oleh Pimpinan Diniyyah Puteri Fauziah Fauzan El Muhammadi, namun dalam eksekusinya dilakukan oleh tim santri yang terdiri dari 9 orang.
Raan Shalihan, salah seorang tim yang membuat robot ini menjelaskan, secara teknis robot Midun berjalan dari dapur menuju ke meja, begitu pun sebaliknya.
“Dengan rangkaian set point PID robot Midun mampu berbelok mengikuti jalur garis hitam strip magnetik yang ada di lantai kafe untuk memandu tugasnya,” jelasnya.
Sementara robot Sabai berfungsi untuk melayani kebutuhan pengunjung kafe. Ia baru akan bekerja setelah diperintah melalui alat remot kontrol yang dijalankan oleh operator.
Meski begitu, kedua robot ini masih tetap membutuhkan bantuan manusia. Misal makanan akan ditempatkan di nampan robot oleh pelayan di dapur lalu harus menekan tombol yang tepat untuk mengirim mesin ke meja yang ditentukan.
“Begitu robot tiba di meja pelanggan akan mengambil makanan dari nampannya,” jelasnya.
Sabai dan Midun juga memiliki kelebihan yakni, bisa bersuara melalui program MP3. Sabai bisa mengucapkan kalimat seperti “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat menikmati, terimakasih, dan sampai jumpa kembali,” katanya.
Sedangkan Midun bisa mengucapkan kalimat seperti “Ini pesanannya terimakasih, selamat menikmati dan terimakasih”.
Pemberian nama unik untuk kedua robot itu dijelaskan oleh Raan, karena sesuai dengan harapan pimpinan diniyah yang ingin mengangkat dan mensyiarkan kembali sejarah khas Ranah Minang.
Ia juga menyebuykan biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat kedua robot tersebut.
“Untuk dua robot ini sedikitnya menghabiskan dana sekitar Rp22 juta lebih, Sabai menghabiskan Rp10 juta, dan Midun sekitar Rp12 jutaan”, jelasnya.
Sementara Wali Kota Padang Panjang Fadly Amran sangat mengapresiasi karya-karya dari Diniyyah Puteri.
“Bikin robot itu rumit, banyak yang harus dipikirkan. Banyak proses yang harus dilalui dan tentunya prosesnya sangat luar biasa,” katanya.
Fadly berharap ke depannya akan ada karya-karya lainnya sehingga generasi muda dapat berinovasi sesuai dengan keinginannya.
Sementara Pimpinan Diniyyah Puteri Fauziah Fauzan El Muhammadi mengungkapkan, bahwa para santrinya diberikan waktu untuk berekspresi, berimajinasi dan membuat karya sesuai dengan keinginan mereka.
“Semoga karya santri Diniyyah Puteri ini dapat menginspirasi bagi semua umat dan bermanfaat untuk masa depan,” katanya menambahkan.
