Sobat, kamu pernah dengar kabar bahwa di 2025 nantinya ada sejumlah pekerjaan yang akan diambil alih oleh robot? Ya salah satu sektor yang memungkinkan akan menggunakan bantuan robot adalah pada bidang medis. Pasalnya, di 2025 nanti RI akan mulai mengoperasikan robot operasi bedah jarak jauh atau robotic telesurgery.
Rencana ini diungkap oleh pihak Kementerian Kesehatan Indonesia yaitu Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Ketahanan Industri Obat dan Alat Kesehatan, Laksono Trisnantoro. Nantinya, dokter bedah bisa melakukan operasi jarak jauh dan tak harus ada di lokasi langsung. Ia bisa melakukan operasi dari rumah sakit berbeda, dari beda pulau bahkan beda negara.
“Ada berbagai cara untuk meratakan pelayanan kesehatan. Jadi penggunaan robotic telesurgery ini adalah salah satu cara yang Kementerian Kesehatan coba lakukan,” kata Laksono dikutip dari situs resmi Kemenkes, Jumat (1/7).
Keputusan mengembangkan robotic telesurgery adalah untuk meratakan pelayanan kesehatan terutama di daerah terpencil, daerah bencana alam dan daerah konflik. Nantinya, bedah robotik jarak jauh dikendalikan secara remote tetap dengan dokter bedah. Posisi dokter bedah dengan adanya robot operasi bedah jarak jauh menurutnya sangat ergonomis dan tidak melelahkan dengan terus melakukan operasi berjam jam. Ia juga mengklaim nantinya gerakan instrumen robotik sangat fleksibel.
Adapun jenis operasi yang bisa dilakukan antara lain bedah toraks (pembedahan jantung dan paru), bedah digestif (kolesistektomi, appendektomi, reseksi kolon, reseksi gaster, pembedahan bariatrik, reseksi pankreas, liver, limpa).
Kemudian bedah urologi (pembedahan pada ginjal, kandung kencing, prostat), ginekologi (mioma uteri, kista ovarium, endometriosis). Namun operasi ini lebih cocok untuk pasien yang masih di stadium awal penyakit sebelum tumor menegana menyebar ke area banyak tubuh.
Sekarang, pilot project untuk robot operasi bedah jarak jauh terdapat dua unit di RS Hasan Sadikin Bandung dan RS Sardjito di Yogyakarta.
Kemudahan melakukan operasi bedah dengan robotic telesurgery juga diamini Dokter Spesialis Bedah Digestif RS Hasan Sadikin Bandung, Reno Budiman yang mengklaim robotic telesurgery memiliki akurasi yang lebih tinggi dari operasi bedah normal.
“Jadi karena robotnya itu tidak bergerak sendiri tetap harus ada operator yang mengendalikannya dan itu harus seorang dokter spesialis bedah. Robot ini memiliki gerakan yang lebih akurat dan lebih presisi sehingga pembedahan dilakukan dengan luka sekecil mungkin,” ujar Reno.
Pasalnya tangan robot nantinya tentu jauh berbeda dengan tangan dokter yang misalnya sudah usia lanjut yang suka bergetar. Tangan dokter harus stabil karena beberapa organ seperti usus tidak bisa di jepit terlalu keras. Saat memegang jarum juga harus kuat. Nah, robotic telesurgery bisa mengatasi masalah-masalah ini.
Namun selain masih harus mengembangkan robotnya terlebih dahulu, Indonesia juga masih mempunyai banyak pekerjaan rumah seperti peningkatan kemampuan bandwidth dan telekomunikasi.
Karena jangkauan robotic telesurgery ini nantinya akan sangat bergantung dengan kondisi bandwith yang baik, sehingga memungkinkan dokter bedah berada di Jakarta dan melakukan operasi untuk pasien di bagian timur Indonesia atau daerah-daerah pelosok.
Selain itu, dibutuhkan juga teknologi 5.0 untuk mengoperasikan robot operasi bedah jarak jauh, seperti di AS, Jepang dan Eropa yang sudah pernah sukses melakukannya. Sedangkan di Indonesia kala itu pernah memanfaatkan robotik untuk keperluan bedah medis di RS Bunda dengan teknologi 2.5.