Dahulu, karya seni patung diciptakan oleh masyarakat secara komunal atau bersama-sama. Namun, belakangan hari karya seni yang mengandalkan keterampilan tangan ini kian sering diciptakan oleh individu. Perubahan yang mendorong regenerasi seni patung ini setidaknya muncul sejalan dengan modernisme zaman.
Gambaran perkembangan dan makna penciptaan patung itu terekam dalam pameran bertajuk “Re-Generasi” yang akan digelar di Semesta Gallery, Jl Taman Sari 1/77, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Sejumlah seniman akan menampilkan karya patung yang menekankan spirit kebebasan diri. Pameran akan dibuka pada Sabtu, 21 Oktober 2023 pukul 16.00 WIB.
Seperti disebutkan oleh Merwan Yusuf selaku kurator pameran ini, fungsi patung pada masa awal tradisi pembuatan arca diperuntukkan sebagai pemujaan atau peribadatan dan hanya ada di tempat tertentu. Namun, kini nilai patung sebagai sebuah karya seni dapat ditemui di berbagai lokasi.
Progresi karya patung kontemporer sebagai bentuk dari seni kriya ini pun menunjukkan pemakaian bahan material dari beragam industri.
“Kini pengaruh dari gejala kontemporer, ekspresi bebas dan individual, bahkan pembuatan material yang bebas. Termasuk pemakaian benda industri menyebabkan manifestasi patung berkembang pesat, mulai dari bentuk, estetika hingga material,” kata Merwan Yusuf.
Motivasi yang lebih bersifat artistik pun mendasari penciptaan karya patung untuk kebutuhan penghias ruangan atau di luar ruangan. Aspek industrial yang menyertainya juga makin kental karena kegunaan patung untuk melengkapi tata hias berbagai ruang dan tempat.
Dalam serangkaian karya patung yang ditampilkan oleh Asosiasi Pematung Indonesia Chapter Jakarta ini, Sobat bisa memerhatikan representasi corak patung-patung kekinian yang memasuki wilayah kontemporer. Oh ya, jika kamu tidak berkesempatan hadir di hari pembukaan, pameran masih berlangsung hingga 4 November 2023.
View this post on Instagram
Para seniman peserta pameran yang mengungkap regenerasi seni patung ini adalah Agus Salim, Agus Widodo, Beby Charles, Benny Ronald Tahalele, Bernauli Pulungan, dan Budi P M Tobing.
Sebagian pematung ini juga telah aktif berkarya di dalam dan luar negeri, seperti Cyca Leonita, Darwin, Demas Fajar Ariya, Dianthus Pattiasina, Hanung Mahadi, Harry Susanto, Henry The Koi, Hilman Syafriadi, Jack S. Riyadi, Kusmei Santo, RM Suarsono, Teddy Murdianto, Yana W Sucipto, dan Yani M. Sastranegara.
Dalam catatan kuratorialnya, Merwan juga menyinggung usia panjang karya patung berkat keajekan pemeliharaan dari masyarakat komunal. Maka hingga kini kita dapat mengenal cukup banyak warisan kebudayaan berupa patung atau arca.
Warisan patung antara lain terdapat di daerah Nias, Batak, Toraja, Sumatera Selatan, Kalimantan, dan Papua. Berbagai patung kuno memiliki bentuk beragam. Patung simbolik, misalnya, berfungsi sebagai sarana pemujaan oleh penganut kepercayaan klasik.
Sebagian patung bersejarah dan menjadi ciri khas suatu daerah lantas direplikasi dan diperdagangkan berbentuk patung berukuran kecil agar mudah dibawa ke mana saja.
Bagaimana kisah dan wacana selengkapnya tentang perubahan ekspresi masyarakat dalam mengapresiasi seni patung? Sobat bisa menyimaknya dalam pameran “Re-Generasi” ini.