Dari negeri kaya minyak Arab Saudi diberitakan, misi Axiom Space atau Ax-2 akan menyertakan perempuan peneliti sel kanker bernama Rayyanah Barnawi. Selama delapan hari, Rayyanah bersama tim awak Ax-2 meluncur ke luar angkasa dari Kennedy Space Center, Florida, AS, Senin lalu (22/5). Keikutsertaannya menjadikan Rayyanah perempuan asal Arab Saudi pertama yang meriset di luar angkasa.
Menggunakan roket Falcon milik Space X, Rayyanah terbang bersama komandan Ax-2 Peggy Whitson, penerbang John Shoffner, dan pilot jet tempur Saudi Ali Alqarni. Dia dan tim awak Ax-2 akan melakukan serangkaian studi dan eksperimen sains, termasuk degradasi mRNA di luar angkasa, sistem komunikasi baru, polimer pelindung radiasi, hingga edukasi.
Rayyanah Barnawi telah bekerja selama hampir satu dekade sebagai teknisi laboratorium penelitian sel punca dan rekayasa ulang jaringan di Rumah Sakit Spesialis King Faisal di Riyadh, Arab Saudi. Seperti dikutip dari CNN Indonesia, karyanya di Ax-2 berfokus pada penelitian sel punca dan kanker payudara.
“Menjadi astronaut perempuan Saudi pertama yang mewakili wilayah ini merupakan kebahagiaan dan kehormatan besar bagi saya,” ujar Rayyanah.
Penghobi olahraga menantang seperti scuba diving, gantole, luncur gantung, langkan, arung jeram, dan hiking itu memiliki sejumlah gelar di bidang ilmu biomedis. Rayyanah Barnawi pun pernah mengikuti pelatihan terbang dengan wingsuit.
Ax-2 merupakan misi antariksa besutan perusahaan ruang angkasa komersial berbasis di Texas, Axiom Space. Sebelumnya, misi berawak pertama Axiom ke luar angkasa atau Ax-1 diluncurkan pada 8 April 2022 dan berlangsung lebih dari 15 hari di luar angkasa.
Dalam penerbangan kali ini, Ax-2 melakukan durasi perjalanan lebih pendek dan empat awak akan menghabiskan delapan hari di laboratorium orbit. Jika misi ini sukses, Rayyanah Barnawi bakal jadi perempuan pertama dari Arab Saudi yang mengangkasa.
Pengembangan Sains, Selain Minyak
Kepala Badan Luar Angkasa Saudi, Abdullah Al-Swaha mengatakan, pihak kerajaan Saudi ingin mendukung penuh program ke luar angkasa ini. Pemerintah Saudi juga ingin meningkatkan kemampuan mereka secara independen untuk mengembangkan riset yang akan berdampak positif terhadap masa depan industri ini di dalam negeri.
Harapannya, program ini bisa meningkatkan ketertarikan lulusan sains, teknologi, teknik mesin, dan matematika (STEM), serta mengembangkan modal manusia dengan menarik para talenta dan orang dengan kemampuan yang dibutuhkan.
Keberangkatan Rayyanah Barnawi disebut merupakan “salah satu bukti Saudi tengah melangkah jauh ke depan dalam memajukan kaum hawa”. Hal tersebut merupakan bagian dari gebrakan Pangeran Mohammed bin Salman selaku pemimpin Arab Saudi yang makin moderat.
Mohammed bin Salman ingin Arab Saudi memikirkan alternatif selain minyak.
“Kami hanya ingin kembali kepada apa yang sudah kami ikuti yakni Islam moderat untuk dunia dan semua agama,” kata Bin Salman dalam wawancara dengan Guardian 2017 silam.