Kabar baik untuk nih untuk masyarakat Indonesia. Di mana, baru-baru ini pemerintah Belanda dikabarkan telah mengembalikan ratusan benda bersejarah yang sempat dijarah pada masa lalu.
Pengembalian ratusan benda bersejarah milik Indonesia ini telah diserah terima oleh Dirjen Kemdikbud Ristek, Hilmar Farid dan Menteri Muda Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Kerajaan Belanda Gunay Uslu pada Senin (10/7) di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda.
Dalam penyerahan benda penting tersebut, terdapat 472 benda yang sedang dalam tahap repatriasi. Mengutip laman resmi pemerintah kerajaan Belanda, ratusan koleksi tersebut saat ini masih sebagian besar masih tersimpan di Rijksmuseum dan National Museum van Wereldculturen.
Dari jumlah benda bersejarah yang diketahui tersebut, rincian dari artefak meliputi 335 benda merupakan rampasan dari Lombok, 132 benda seni koleksi Pita Maha, 4 arca dari Singasari, dan satu keris Klungkung.
“Ini merupakan momen bersejarah. Untuk pertama kalinya, berdasarkan saran dari Komite Penagihan Kolonial, kami mengembalikan benda-benda yang seharusnya tidak pernah ada di Belanda, di atas itu semua adalah momen untuk melihat masa depan,” ujar Gunay Uslu seperti dikutip laman resmi pemerintah kerajaan Belanda.
Mengenai repatriasi benda bersejarah tersebut dilakukan bukan hanya sekedar memindahkan barang dari Belanda ke Indonesia saja. Melainkan juga untuk mengungkap pengetahuan sejarah dan asal-usul artefak yang selama ini belum diketahui khalayak secara luas.
Di sisi lain, beberapa catatan yang didapat, kehadiran benda bersejarah di Belanda berawal ketika Perdana Menteri Indonesia Timur, Ide Agung Anak Gde Agung menyelenggarakan pameran karya seni di beberapa kota di Belanda dan Eropa pada dekade 1948-1950.
Sedangkan mengenai karya kelompok Pita Maha, pernah dibahas dalam artikel lawas di De Vrije Katheder pada 23 Desember 1946 dan disimpan di Tropenmuseum, Amsterdam. Karya seni Pita Maha sendiri merupakan karya-karya dari seniman Bali yang didirikan oleh Tjokorda Gede Agung Sukawati, I Gusti Nyoman Lempad, Walter Spies, dan Rudolf Bonnet pada 1936.
Melansir BBC Indonesia, benda bersejarah yang dikembalikan ke Indonesia, khususnya ‘harta karun’ yang berasal dari Lombok berupa batu permata, batu mulia, emas, dan perak. Benda-benda tersebut dijarah oleh tentara Kolonial Belanda dari Istana Tjakranegara usai Perang Lombok yang terjadi pada 1894.
Sekadar informasi saja, sebelumnya keris milik Pangeran Diponegoro juga telah dikembalikan oleh Raja Belanda Willem Alexander dan Ratu Maxima Zorreguieta Cerruti saat berkunjung ke Istana Kepresidenan pada 2020 silam.