Selain terkenal dengan keindahan alamnya, Bali juga merupakan wilayah yang mempunyai tarian daerah yang sangat beragam. Bahkan tak jarang ada beberapa tarian yang diidentikkan dengan Bali.
Namun, siapa sangka di balik setiap tari-tarian yang indah tersebut memiliki sebuah filosofi yang bermakna bagi masyarakat Bali. Apa saja kira-kira filosofi di balik tarian Bali? Simak penjelasan berikut ini, ya!
- Tari Pendet
Sudah tidak asing lagi bukan dengan namanya? Ya, tarian tersebut sangat identik sekali dengan seni tari ciri khas Bali. Namun, apakah filosofi di balik tarian tersebut?
Ternyata tari pendet bagi masyarakat digunakan sebagai simbol penyambutan para dewa dewi ketika turun ke dunia. Jenis tarian ini juga termasuk ke dalam kategori tari klasik yang selalu dipertunjukkan pada kegiatan acara pemujaan ataupun berbagai upacara di pura Bali.
Namun, karena adanya pengaruh budaya asing kini tari pendet dimodifikasi kembali hingga menjadi tari hiburan. Maksudnya, tarian yang digunakan untuk menyambut tamu atau pembukaan acara resmi.
- Tari Kecak
Selain Tari Pendet, tarian yang identik dengan Bali adalah tari kecak. Tari kecak pertama kali diciptakan dari salah satu seniman Bali bernama Wayan Limbak tahun 1930-an. Asal mula nama tarian ini berawal dari para penari yang meneriakkan “cak cak cak”.
Tarian Kecak sebenarnya diangkat dari tradisi Sanghyang dan beberapa bagian dari kisah Ramayana. Bagi masyarakat Bali, tari kecak dipercaya sebagai ritual mendatangkan dewi yang bisa mengusir berbagai bahaya seperti bencana atau penyakit.
- Tari Barong
Barong berasal dari kata bahruang yang berarti beruang. Tari Barong merupakan peninggalan kebudayaan pra-Hindu yang melambangkan pertempuran antara kebaikan (dharma) dan keburukan (adharma). Masyarakat umat Hindu di Bali meyakini bahwa kebaikan dan keburukan selalu berdampingan atau disebut juga dengan Rwa Bhineda.
Kesenian tari tradisional Bali yang satu ini sering dipertunjukkan ketika upacara atau ritual tertentu. Dan untuk bisa memainkan tarian tersebut dibutuhkan dua orang laki-laki yang masing-masing berperan sebagai binatang berkaki empat.
Tarian tersebut juga melambangkan kebaikan di mana para penari akan memakai kostum berkaki empat, sedangkan keburukan yang dilambangkan dengan Rangda, yaitu sosok menakutkan yang mempunyai dua taring yang tajam di mulutnya.
- Tari Legong
Tari Legong diambil dari bahasa Bali, yaitu “leg” yang berarti gerakan tari yang luwes dan “gong” yang merupakan salah satu bagian dari gamelan. Jadi Legong bisa diartikan sebagai tarian yang saling memiliki keterikatan antara musik dan gamelan pengiringnya.
Tarian ini memiliki tema mengenai nilai keagamaan serta sejarah dalam budaya Bali. Setiap gerakan dalam Tari Legong mengandung ungkapan rasa syukur dan terima kasih dari masyarakat Bali untuk nenek moyang yang dipercaya telah memberikan keberkahan dan kelimpahan untuk anak dan keturunannya.
- Tari Topeng
Berbeda dengan tari-tarian sebelumnya, Tari Topeng ini merupakan sebuah tradisi yang kental dengan nuansa mistisnya. Konon tarian ini sudah ada sejak zaman prasejarah. Bagi masyarakat Bali, topeng memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan ritual keagamaan.
Tari Topeng ini juga menggambarkan sosok para dewa dan dipercaya mampu menganugerahkan ketentraman dan keselamatan bagi para masyarakat setempat.