Seekor macan tutul jawa jantan yang pernah terluka telah berhasil dirawat dengan aman dan sehat. Dinamai Wahyu, macan tutul jawa ini diselamatkan pada tahun 2017 ketika berumur sekitar sepuluh bulan terjerat tambang di bawah rumah warga di Cianjur, Jawa Barat. Setelah enam tahun dirawat oleh Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga, Wahyu, si macan tutul jawa, kemudian dilepasliarkan, Sob.
Pada Selasa (23/5/2023), Wahyu dinilai layak kembali hidup di habitat alaminya. Macan tutul jawa yang kini berusia sekitar enam tahun sebelas bulan itu telah kembali menempati “rumah baru” di Taman Nasional Gunung Halimun Salak dengan luas sekitar 87.669 hektar.
Melansir VOA Indonesia, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Prof. Satyawan Pudyatmoko, mengatakan tujuan pelepasliaran adalah untuk menambah populasi macan tutul jawa.
Ikut melepas kepergian Wahyu, Satyawan menyebut Wahyu dalam kondisi baik tanpa komplikasi medis apapun. Waktu penyembuhan Wahyu memakan waktu cukup lama, ya, Sob. Beruntungnya, Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC) berhasil merehabilitasi si macan tutul jawa dengan maksimal.
Berbeda dengan jenis satwa lain, Wahyu lebih aktif di malam hari. Sementara di siang hari ia lebih memilih bersembunyi begitu mendengar atau melihat orang. Tim di PPSC hanya dapat mengamati dan menilai perilaku Wahyu lewat piranti yang disebut sebagai “kamera jebak.”
Taman Nasional Alamiah
Taman Nasional Gunung Halimun Salak di Jawa Barat merupakan ekosistem hutan pegunungan tropis terluas di Pulau Jawa. Habitat alami bagi Wahyu ini akan menjadi ruang hidupnya seterusnya bersama sekitar 48–52 ekor macan tutul jawa lainnya. Ada pula satwa utama lain, seperti elang dan owa jawa di taman nasional ini.
Sebagai pihak yang turut berandil menentukan kebijakan pelepasliaran, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat sejauh ini selalu berupaya melestarikan satwa. Sesudah berkordinasi dengan Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga, pengembalian Wahyu ke habitat alami diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan populasi macan tutul.
Selain itu, pihak BBKSDA Jabar menjalankan langkah lain berupa berpatroli dan sosialisasi pengamanan hutan, pemantauan langsung satwa atau via ‘kamera jebak’. BKSDA Jaba pun secara berkala melakukan kajian populasi dan habitat satwa untuk mengevaluasi perkembangan satwa liar.
Seiring berjalannya waktu, diketahui hampir separuh spesies hewan di dunia mengalami penurunan populasi. Seperti diungkap oleh para ilmuwan dalam laporan terbaru, nih, Sob, anjloknya populasi hewan secara dominan karena menurunnya habitat mereka akibat aktivitas manusia.
Ancaman Kepunahan Populasi
Laporan dalam jurnal Biological Reviews yang berjudul “More Losers than Winners: Investigating Anthropocene Defaunation through the Diversity of Population Trends” itu menyebut penurunan populasi hewan sebagai “krisis kepunahan antroposen”.
Para peneliti menganalisis perubahan kepadatan populasi 71 ribu spesies. Mereka terdiri atas mamalia, burung, reptil, amfibi, ikan, dan serangga. Hasilnya, 48 persen spesies saat ini mengalami penurunan populasi, 49 persen stabil, dan hanya 3 persen yang populasinya meningkat.
“Metode baru penelitian dan analisis berskala global memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai tingkat penurunan hayati, yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode konvensional,” kata penulis studi, Dr Daniel Pincheira-Donoso, dikutip dari Detik.com.
Adapun secara konvensional, angka kepunahan dapat ditelusuri dari Daftar Merah Union for the Conservation of Nature (IUCN). Jika berdasarkan daftar tersebut, sekitar 28 persen makhluk hidup terancam punah.
Namun, dari daftar IUCN, ada 33 persen spesies lainnya yang dikategorikan tidak terancam punah ternyata malah mengalami penurunan. Data ini menunjukkan, banyak spesies hewan dalam kategori aman, tapi populasinya menurun. Populasi hewan yang merosot ke skala lebih besar diketahui terjadi di wilayah tropis, seperti Indonesia. Sementara, populasi hewan yang stabil dan meningkat terjadi di wilayah beriklim sedang.
“Jika tren seperti ini tetap berlanjut, 2.136 spesies lain bisa terancam punah dalam waktu dekat,” ungkap peneliti.
Ancaman lain adalah berkurangnya fungsi dan heterogenitas ekosistem, ketahanan biodiversitas, dan kesejahteraan manusia. Lalu, kira-kira selain rehabilitasi seperti dilakukan Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga, apa lagi ya upaya untuk mencegah kepunahan satwa ini, Sob?