PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) telah mengembangkan proyek Acid Iron Metal (AIM). Proyek ini akan menyulap sisa-sisa material atau limbah dari proses pengolahan nikel menjadi produk bernilai tambah, salah satunya asam sulfat.
AIM adalah proyek patungan antara beberapa perusahaan seperti Grup MBMA dengan grup Tsingshan di Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Lewat proyek ini, nantinya memproses bijih parit kadar tinggi (besi sulfida) dari Tambang Tembaga Wetar menghasilkan logam berupa pelet besi, tembaga, emas, perak, asam sulfat, dan uap.
Mohammad Toha selaku GM External Affairs PT Merdeka Battery Materials menerangkan, AIM I merupakan proyek pertama di Indonesia yang bahan bakunya diambil dari material limbah pengolahan nikel dan bijih kadar rendah. Kedua material tersebut diperoleh dari tambang yang berlokasi di Provinsi Maluku.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, salah satu produk yang dihasilkan dari limbah pengolahan nikel dan bijih kadar rendah adalah asam sulfat. Produk tersebut nantinya bakal diintegrasikan pada pabrik HPAL di Morowali dan menjadi bahan pendukung sumber energi di sana.
“Material sisa hasil pengolahan kegiatan kami di Pulau Wetar kemudian akan kami kirimkan. Di Morowali akan kami ekstraksi lebih lanjut dan menghasilkan aneka produk,” tuturnya dalam webinar Peluang Investasi Hilirisasi Sektor Mineral, Senin (14/8).
Menurut Direktur Merdeka Battery Materials (MBMA), Andrew Starkey, limbah pengolahan nikel dan bijih kadar rendah menjadi asam sulfat bisa menjadi potensi bisnis di Indonesia. Hal ini didukung dengan pertumbuhan atas permintaan acid dan ditambah akan dibangun pabrik HPAL di dalam negeri.
“Jadi kami ingin melihat ini menjadi salah satu dari sejumlah prakarsa terkait penggunaan tailing dan produk limbah secara ekonomis,” kata Andrew.
Sejauh ini untuk Proyek AIM I masih dalam tahap penyelesaian. Diharapkan proyek ini akan memulai kegiatan operasinya pada pertengahan kedua tahun 2023 dengan kapasitas produksi asam terpasang sebesar 1,2 juta ton per tahun pada 2024.