Perubahan iklim kini telah menjadi persoalan dunia dalam beberapa tahun terakhir yang harus dicari solusinya. Bahkan persoalan ini pun telah menjadi pembahasan serius, sehingga dibahas di Presidensi G20 Indonesia. Salah satu cara yang sedang diupayakan seluruh negara di dunia termasuk Indonesia untuk mengatasi perubahan iklim yaitu dengan transisi energi ke energi yang lebih bersih dan juga ramah lingkungan.
Transisi energi merupakan upaya dalam menekan risiko pemanasan global dengan transformasi sektor energi global menjadi nol karbon. Hal ini membuat bergesernya sektor energi global dari sistem produksi dan konsumsi energi yang berasal dari fosil (gas alam, minyak dan batu bara) menjadi ke sumber energi terbarukan seperti angin hingga matahari.
Faktor yang mendukung transisi energi di keadaan sekarang bukan hanya karena pemanasan global, namun juga karena telah tingginya penetrasi EBT ke dalam bauran energi global, peningkatan teknologi dan penyimpanan energi serta telah dimulainya elektrifikasi. Selain itu dengan adanya proses transisi energi di Indonesia, bisa menjadi solusi untuk memberikan akses listrik menyeluruh ke berbagai daerah di Tanah Air.
Teknologi yang Dibutuhkan Proses Transisi Energi
Program transisi energi kenyataannya membutuhkan kelancaran dari penggunaan tiga teknologi, yaitu:
Carbon Capture dan Storage
Teknologi ini adalah yang memproses karbondioksida yang berasal dari pembakaran pembangkit listrik dan sumber industri lainnya lalu dikompresi dan disuntikan ke dalam formasi geologi di bawah tanah.
Solar Photovoltaics (PV)
Solar Photovoltaics merupakan teknologi yang digunakan untuk mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik dengan menggunakan bahan dasar material semikonduktor.
Bioenergi
Biofuel (biodiesel dan bioetanol), biogas dan biomassa yang merupakan jajaran energi terbarukan yang disebut bioenergi ini dapat digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik dan menciptakan panas.
Lalu Bagaimana Proses Transisi Energi di Indonesia?
Mengutip dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), target Indonesia di penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) adalah sebesar 23% pada bauran energi nasional 2025. Kebijakan ini dipadukan dengan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi karbon hingga 29% pada 2030.
Saat ini pembangkit listrik memang masih didominasi oleh PLTU yang berbasis batu bara. Namun, pembangkit listrik EBT juga telah meraup porsi 14.69% dari pembangkit listrik nasional dan telah mencapai total kapasitas 71 GW di semester 1 tahun 2020.
Program transisi energi demi menurunkan emisi karbon atau gas rumah kaca dan mencapai target net zero emission (nol emisi karbon) di Indonesia mestinya bisa berjalan lancar dengan potensi EBT yang cukup melimpah. Diketahui, Indonesia memiliki potensi EBT sebesar 3.000 GW yang bersumber dari tenaga surya, angin, hidro, panas bumi, bio energi dan energi laut.