Kawasan Dieng Kulon yang berada di Batur, Banjarnegera, Jawa Tengah ternyata nggak hanya terkenal sebagai destinasi wisata saja, namun menyimpan potensi energi baru hingga bahan baku kendaraan listrik. Yup, baru-baru ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan adanya potensi sumber daya lithium di wilayah kerja panas bumi (WKP) Dieng milik PT Geo Dipa Energi.
Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal (Ditjen) Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Harris Yahya, mengatakan pihaknya belum bisa mengukur dan memastikan berapa besar jumlah potensi sumber daya lithium yang terletak di WKP milik perusahaan pelat merah tersebut. Namun, dikatakan potensi sumber daya lithiumnya sangat produktif dengan estimasi produksi berada di antara 1.500-2.400 ton per tahun.
“Dari studi awal potensi lithium dari panas bumi ditemukan potensi yang cukup baik di PLTP Dieng,” kata Harris, Jumat (7/7), dilansir Katadata.co.id.
Sekadar informasi, di WKP Dieng terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang menyedot uap panas dari perut Bumi hingga kedalaman 2.641 meter. Uap inilah yang kemudian diolah menjadi tenaga listrik.
Caranya, uap panas bertemperatur 188,62 derajat celsius yang disedot ke permukaan ini kemudian diarahkan ke tangki separator setinggi 30 meter, lalu uap akan dipisahkan dari kandungan air. Uap panas bertekanan 10,59 bar dipindahkan ke Atmospheric Flash Tank (AFT). Uap panas kering akan dialirkan ke pembangkit small scale dengan kapasitas 10 MW dan power plant di unit 1 berkapasitas 50 MW. Uap tersebut diarahkan melalui pipa besi.
Sementara air yang lebih berat dari uap akan menyendap di bawah tangki separator dialirkan ke kolam air panas alias brine water agar suhunya turun. Dasar kolam tersebut dilapisi oleh material yang berfungsi sebagai pendingin air, brine water juga memiliki fungsi sebagai media pengendapan silica dan lithium yang terbawa oleh uap air.
Bagai sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, selain mendapatkan tenaga listrik dari energi baru panas Bumi, Indonesia juga mendapatkan lithium yang mineral utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik selain nikel, mangan, dan kobalt.
Tentunya ini bisa menjadi pengerek industri kendaraan listrik Tanah Air. Terlebih 75% dari mobil listrik yang terjual di Indonesia pada 2022 menggunakan baterai berbasis besi yang dikenal sebagai lithium iron phospate (LFP).
Saat ini, pihak Geo Dipa mengatakan sedang melakukan kajian internal lebih lanjut terkait lithium dengan metode direct lithium extraction (DLE). Pemerintah juga membuka peluang bagi calon mitra potensial untuk pengembangan mineral ikutan lithium tersebut. Mitra nanti akan menggarap studi kelayakan dan pengembangan proyek percontohan. Wah, semoga bisa cepat dimanfaatkan, ya.