Ternyata ada pohon di Negara Yaman yang bisa berdarah lho, Sob. Pohon apakah itu? Yaps, betul sekali, namanya Pohon Darah Naga. Konon katanya pohon tersebut mampu menyembuhkan berbagai penyakit.
Socotra merupakan pulau kecil yang terletak di Yaman. Pulau ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara, terutama turis dari Uni Emirat Arab. Turis-turis dari tetangga Yaman, banyak yang penasaran dengan keberadaan Pohon Darah Naga, bahkan menjadikan Pulau Socotra sebagai destinasi wisata favorit mereka.
Pulau Socotra terkenal karena keanekaragaman hayatinya yang unik-unik, Sob. Dikatakan demikian karena hampir sepertiganya diisi 825 tumbuhan dan 90 persen spesies reptil unik menurut badan budaya PBB, UNESCO. Termasuk salah satunya tumbuhan satu ini. Namanya Pohon Darah Naga (Dragon Blood Tree).
Ciri-ciri Dragon Blood Tree
Pohon bernama latin Dracaena cinnabar ini memang sangat unik dan istimewa. Terlihat dari bentuk pohonnya saja seperti patung. Batangnya menjalar seperti akar, sedangkan daun-daunannya berkelompok rapat seperti topi jamur.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa sumber, jenis pohon Dracaena cinnabar bisa berbiak hingga 4-6 m. Pohon ini termasuk tumbuhan jenis monokotil, tapi memiliki karakter pertumbuhan layaknya tanaman sekunder.
Daun dari pohon ini terletak di ujung cabang termuda. Bagian daunnya ini biasanya akan mengalami kerontokan setiap tiga atau empat tahun sekali, sebelum nantinya akan muncul daun baru secara bersamaan.
Nah, tahukah kamu sesuai dengan namanya, pohon yang berbentuk seperti atap payung ini ternyata bisa berdarah, loh. Kok bisa?
Jadi begini, Sobat. Pohon Darah Naga (Dragon Blood Tree) ini punya batang. Apabila batang tersebut diambil dari pohonnya, ditumbuk, dan dikasih sedikit air, maka kemudian warnanya akan berubah sendiri menjadi merah layaknya seperti warna darah. Hal ini juga yang menjadi alasan mengapa pohon tersebut dinamakan dengan Dragon Blood Tree.
Tahu nggak sih, warna merah yang dihasilkan dari pohon ini ternyata berasal dari getah pohonnya. Menurut penuturan dari warga lokal, getah tersebut sangat bagus untuk kulit bahkan banyak yang memanfaatkannya menjadi skincare.
Sayangnya, berdasarkan data dari IUCN Red List, status konservasi dari Dragon Blood Tree sendiri sudah masuk dalam level vulnerable atau rentan. Apabila pemanfaatannya tidak digunakan dengan bagik, maka akan beresiko menjadi langka atau punah.
Menurut catatan, pada 2018 lalu keberadaan pohon ini telah hilang sebanyak 45%. Oleh karena itu sekarang sedang diupayakan berbagai pelestarian. Namun, sayangnya masih belum mengubah status kerentanan itu sendiri.
Ya, semoga saja dengan adanya pelestarian tersebut, Pohon Darah Naga bisa terjaga dengan baik hingga bisa tubuh makin banyak.