Umunya, pesawat terbang menggunakan bahan bakar avtur. Namun seiring dengan meleknya dunia tentang bahan bakar berkelanjutan, kini sudah ada, lho, pesawat yang terbang dengan menggunakan minyak goreng sebagai salah satu bahan bakarnya. Baru-baru ini, maskapai penerbangan asal United Arab Emirates (UAE) atau yang juga dikenal dengan nama Uni Emirat Arab, yaitu Emirates telah berhasil menerbangkan pesawat berbahan bakar minyak goreng tersebut.
Sebelum bahan bakar minyak goreng digunakan maskapai industri penerbangan seperti Emirates, uji coba bahan bakar minyak goreng dicampur dengan limbah lemak di pesawat dilakukan di jenis pesawat Airbus tipe A380. Uji coba berlangsung selama 3 jam di Bandara Blagnac di Toulouse, Prancis pada Jumat (25/3/2022) lalu.
Setelah uji coba dengan pesawat Airbus A380 berhasil, bahan bakar miyak goreng ternyata juga bisa diigunakan di pesawat Boeing, salah satunya yang dilakukan oleh Emirates dengan tipe Boeing 777-300ER. Berdasarkan pernyataan resmi yang dirisli Emirates, pesawat berbahan bakar minyak goreng tersebut terbang dari Bandara Internasional Dubai di sepanjang garis pantai Uni Emirat Arab selama sekira satu jam pada Senin (23/1) lalu.
Dengan telah dipakai oleh maskapai penerbangan menandakan bahawa bahan bakar berkelanjutan seperti olahan minyak goreng atau biofuel sudah siap digunakan secara masif di industri penerbangan. Tentunya hal ini menjadi kabar baik karena menggunakan bahan bakar berkelanjutan di industri penerbangan bisa mengurangi emisi karbon.
Cara Emirates Memproduksi Bahan Bakar Pesawat Ramah Lingkungan
Emirates dan sejumlah mitranya seperti GE Aerospace, Boeing, Honeywell, Neste, dan Virent menciptakan campuran bahan bakar ramah lingkungan yaitu Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang juga mirip dengan sifat bakan bakar jet konvensional. Meski begitu, bahan bakar ini diklaim bisa mengurangi emisi karbon hingga 80%.
Melansir dari laman website resmi Emirates, Campuran bahan-bahan yang ada di SAF menggunakan minyak goreng, gula, lemak hewan. Delapan belas ton SAF dicampur, terdiri dari HEFA-SPK yang disediakan oleh Neste (ester yang diproses hidro dan asam lemak dan minyak tanah parafin sintetik) dan HDO-SAK dari Virent (minyak tanah aromatik sintetik terdeoksigenasi hidro). SAF 100% memasok satu mesin GE90, dengan bahan bakar jet konvensional memasok mesin lainnya.
“Kami melakukan penerbangan SAF di satu mesin, karena SAF 100% di semua mesin belum disetujui, dan oleh karena itu kami di sini mempromosikan penggunaan SAF dan juga mendorong persetujuan penggunaan SAF 100%,” kata Zeina Chakhtoura, Customer Support Manager GE Aviation.
Kedepannya diharapkan dengan ada uji coba ini bisa menyempurnakan pedoman untuk SAF di masa mendatang, dan mendukung sertifikasi di masa mendatang di mana 100% bahan bakar SAF disetujui untuk pesawat terbang. Saat ini, SAF disetujui untuk digunakan di semua pesawat, tetapi hanya dalam campuran hingga 50% dengan bahan bakar jet konvensional.
“Kami berharap penerbangan demonstrasi penting seperti ini, akan membantu membuka pintu untuk meningkatkan rantai pasokan SAF dan membuatnya lebih tersedia dan dapat diakses di seluruh geografi, dan yang paling penting, terjangkau untuk adopsi industri yang lebih luas di masa depan.” ujar Adel Al Redha, Chief Operating Officer, Emirates Airline.
Lebih lanjut ternyata ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan bahan bakar berkelanjutan di pesawat. Diantaranya bahan bakar ini harganya lebih mahal dan juga perlu diadakan desain ulang model pada pesawat.
Namun segala usaha bisa sebanding dengan hasilnya. Kalau bisa mengurangi emisi karbon hingga 80%, kenapa tidak? Apalagi kalau digunakan secara masih oleh seluruh industri penerbangan dunia. Semoga aja ya, maskapai Indonesia bisa uji coba bahan bakar berkelanjutan juga seperti Emirates.