Perusahaan ban Arab Saudi, Kingdom Tyres, ingin mengembangkan usahanya di bidang manufaktur. Maka, pasokan bahan baku dibutuhkan lebih banyak. Hal ini jadi salah satu alasan Kingdom Tyres mengajak kerja sama perusahaan di RI untuk membangun pabrik ban di Negara Minyak tersebut.
Pada Jumat lalu (5/5/2023) waktu Riyadh, Arab Saudi, Kingdom Tyres telah menyampaikan ketertarikan dan kebutuhan itu dalam pertemuan bisnis antara Atase Perdagangan Riyadh, Gunawan, dengan CEO Kingdom Tyres Sulton Alkahtani. Mereka sepakat untuk menggandeng perusahaan Indonesia dalam mewujudkan pengembangan produk dan pasar otomotif di Riyadh dan sekitarnya.
Selanjutnya, tawaran itu ditindaklanjuti Kementerian Perdagangan RI melalui Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor Kemendag dengan menggelar pertemuan bersama beberapa perusahaan manufaktur ban terbesar di Indonesia, pada Kamis (11/5/2023). Sejumlah pelaku industri manufaktur ban Indonesia yang terpilih hadir, khususnya yang sudah mengekspor produknya ke Arab Saudi.
Sebagai anak perusahaan dari perusahaan investasi Kingdom Group yang mempunyai pengalaman bertahun-tahun di bidang manufaktur, Kingdom Tyres disebutkan akan membangun pabrik ban di kota industri Yanbu, Arab Saudi. Di samping kebutuhan pelapis roda, Kingdom Group bergerak dalam bidang usaha cat, periklanan, perusahaan baja, perusahaan real estat, pembuatan moduler listrik untuk perumahan, energi terbarukan, dan konstruksi kereta api metro.
Berdasarkan tren pergerakan yang terus meningkat dari tahun ke tahun, permintaan produk ban diproyeksikan bakal melonjak menjadi 72,32 juta unit ban per tahun pada 2032.
“Kerja sama yang ditawarkan Kingdom Tyres kepada perusahaan di Indonesia yakni suplai bahan baku, tenaga profesional, dan tenaga teknis atau operator,” kata Gunawan, dilansir Bisnis.com.
Kebutuhan Transportasi
Berdasarkan perhitungan dengan metode Compound Annual Growth Rate (CAGR), pertumbuhan kebutuhan produk ban di Arab Saudi meningkat setiap tahun. Pada tahun 2016 sebesar 22,6 juta unit ban, kemudian 24,4 juta unit (2017), 26,4 juta unit (2018), 28,48 juta unit (2019), 30,6 juta unit (2020), 33,05 juta unit (2021), dan 35,70 juta unit (2022).
“Ini artinya pertumbuhan permintaan produk ban mengalami peningkatan 8 persen per tahun. Sehingga diperkirakan pada 2032 nilai kebutuhan ban diperkirakan melonjak menjadi 72,32 juta unit per tahun,” ujar Gunawan.
Adapun selama ini, Indonesia merupakan salah satu negara pemasok utama produk ban ke Arab Saudi. Sejumlah negara lain juga menyuplai produk bannya untuk diekspor ke Arab Saudi, yaitu dari Tiongkok, Jepang, Korea, Thailand, Taipei, Amerika Serikat, Jerman, Vietnam, dan India.
Dubes RI untuk Arab Saudi Abdul Aziz Ahmad menyebutkan, permintaan kebutuhan ban di Arab Saudi terus bertambah karena mayoritas masyarakat Arab Saudi menggunakan roda empat sebagai alat transportasi.
“Saat berkendara menggunakan mobil, masyarakat Arab Saudi merasa nyaman dengan AC (air conditioner), khususnya di iklim Arab Saudi yang cukup panas, yaitu suhu harian rata-rata di atas 40 derajat celcius. Bahkan, saat puncak musim panas suhu mencapai 45–47 derajat celcius,” ujarnya.
CEO Kingdom Tyres Sulton Alkahtani menjelaskan, target pemasaran produk ban ini bertujuan memenuhi kebutuhan ban di wilayah Gulf Cooperation Council (GCC), Asia Selatan, Eropa, dan Afrika untuk supremasi pembuatan ban. Kingdom Tyes, menurut Sulton, tengah mempersiapkan diri untuk meluncurkan terobosan revolusi di industri ban Arab Saudi bersama calon mitra dari Indonesia.
“Kami akan memprioritaskan perusahaan ban dari Indonesia sebagai mitra kerja sama,” ungkap Sulton.
Didorong oleh “Visi 2030” Arab Saudi, Kingdom Tyres diharapkan menjadi pemimpin global di industri ban melalui inovasi, keberlanjutan, dan diversifikasi. Sementara bagi kebutuhan pengembangan industri manufaktur ban di Arab Saudi, lanjut Sulton, Kingdom Tyres telah bermitra dengan High Institute for Elastomer Industries (HIEI) yang merupakan afiliasi dari SABIC dan Exxon Mobil.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang diolah Kemendag, pada periode Januari–Maret 2023 total perdagangan nonmigas Indonesia dan Arab Saudi senilai 0,74 miliar dolar AS. Nilai ini naik 12,20 persen dibandingkan periode yang sama pada 2022 sebesar 0,66 miliar dolar AS.
Sementara itu, total perdagangan nonmigas pada 2022 sebesar 2,93 miliar dolar AS. Dari nilai tersebut, ekspor Indonesia ke Arab Saudi senilai 2,02 miliar dolar AS dan impor Arab Saudi ke Indonesia senilai 0,91 miliar dolar AS. Artinya, nilai transaksi ini masih berpeluang untuk lebih menjanjikan keuntungan yang meningkat.
Semoga saja ke depannya, kerja sama berhasil mendorong potensi pengembangan sektor transportasi dan manufaktur kedua negara, ya, Sob.