Setelah sebelumnya Sampai Jauh membahas kegiatan pertambangan di luar angkasa, maka sekarang SJ juga akan membahas pertambangan di bawah laut. Kedua metode ini memang sudah dicanangkan sebagai cadangan untuk mendapatkan hasil tambang jikalau pertambangan di bumi tidak bisa mencukupi kebutuhan manusia di masa mendatang.
Pertambangan di bawah laut mengambil mineral yang dilakukan pada lantai samudra. Situsnya biasanya berada di kawasan nodul polimetalik atau celah hidrotermal aktif dan punah pada kedalaman 1.400 – 3.700 meter di bawah permukaan laut.
Dari celah hidrotermal tersebut tercipta deposit sulfida yang berisikan logam mulia, mulai dari perak, emas, tembaga, mangan, kobalt hingga seng. Nantinya, deposit ditambang menggunakan pompa hidraulis atau sistem ember yang diangkut ke permukaan untuk diproses.
Mineral logam sendiri biasanya ditambang dari bawah laut yang terdapat pula minyak bumi, gas bumi hingga batu bara. Selain itu, pada pertambangan di Indonesia juga menyimpan kekayaan sumber daya baru yang bernama Es Api. Peneliti pun saat ini masih mempelajari ekstraksi Es Api dari tempatnya.
Potensi Pertambangan Bawah Laut Indonesia
Indonesia sendiri diketahui mempunyai badan pemerintahan yang bertugas melaksanakan penelitian bidang geologi kelautan di seluruh wilayah laut Indonesia, yaitu Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL), termasuk untuk meneliti potensi pertambangan bawah laut.
Hasil tambang bawah laut Indonesia memiliki 60 cekungan minyak dan gas bumi yang diprediksi bisa menghasilkan 84,48 barel minyak. Dari jumlah cekungan itu, 40 cekungan terdapat di lepas pantai dan 14 cekungan lagi ada di pesisir.
Untuk material yang ditambang selain migas masih diteliti, termasuk Es Api. Indonesia mempunyai 128 cekungan sedimen dan pada 2017, masih ada 22 cekungan yang belum diteliti lebih lanjut. Peneliti pun masih belum mengetahui apakah kandungan yang ada di dalamnya. Selain itu, Indonesia mempunyai jalur vulkanik yang menciptakan jalur mineralisasi yang juga berpotensi menghasilkan mineral-mineral logam.
Ancaman Pertambangan Bawah Laut
Selama beberapa dekade terakhir, para ilmuwan terus memperhatikan pertambangan di bawah laut, terutama di daerah Samudra Pasifik. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan juga dampak buruknya, yakni mulai terancamnya spesies laut langka seperti hiu paus, hiu berkepala kotak dan penyu belimbing. Spesies bawah laut tersebut rata-rata terancam oleh racun logam yang disebabkan limbah tambang. Tentu saja, penambangan bawah laut dapat menjadi ancaman serius industri penangkapan ikan komersial seperti tuna.
Selain pertambangan bawah laut yang ada Pasifik, ada juga tambang batu bara bawah laut yang dimiliki pemerintah Jepang di Pulau Ikeshima. Di sana jumlah konsesi tambang yang dimiliki berjumlah 70 titik dengan luas 35.500 ha. Cadangan batu bara tertambang teoritis +-1,7 miliar ton dan cadangan batu bara tertambang terbukti +-270 juta ton.