Adopsi teknologi di berbagai sektor industri termasuk sektor keuangan diketahui meningkat selama pandemi Covid-19. Dari segi pendanaan dan penyaluran dana, industri fintech akan tumbuh khususnya pada peer-to-peer lending.
Diperkirakan, industri fintech akan tumbuh di tahun 2022 sebesar 25 persen. Sebab pendanaan fintech pada tahun ini diprediksi tumbuh lebih dari 75 persen dari tahun lalu oleh Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI). Meskipun reputasi industri fintech lending sempat buruk karena adanya kasus pinjol ilegal.
“Jadi kalau tahun lalu itu Rp 74 triliun, tahun ini sudah Rp 140 triliun, kita tidak boleh duluan ya karena masih ada November dan Desember. Ini sekarang sudah dipastikan melebihi 75%,” ujar Direktur Eksekutif AFPI, Kuseryansyah pada Selasa (23/11/2021).
Bila dibandingkan dengan industri keuangan yang lainnya, pencapaian industri fintech termasuk dalam kategori terbaik apalagi berada di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang.
Sementara, pertumbuhan yang minim dan baru terlaksananya pertumbuhan pada belakangan ini masih dialami oleh industri keuangan lainnya.
Namun, hal tersebut bukan berarti bahwa industri perbankan dapat digeser keberadaannya oleh industri fintech lending seperti beberapa negara yang telah mengalaminya saat ini.
Hal itu berlandaskan dari sangat besarnya kebutuhan kredit masyarakat Indonesia sehingga perbankan diperlukan untuk melakukan kolaborasi dengan industri fintech agar terus berkembang.
“Faktanya, kolaborasi dengan bank ini justru meningkat. Tahun 2019, kita itu lendernya 28% dari perbankan dan kami yakin tahun ini semakin meningkat dan kami akan survei kembali peningkatannya tersebut,” ujar Kus.
Maka dari itu, guna memajukan fintech, semua pihak diajak untuk mengambil peran dalam memperkuat kerja sama dan kolaborasi oleh Menkominfo.
Sedangkan pada tahun depan pendanaan fintech lending dilihat oleh Kus pertumbuhannya masih akan sama dengan tahun ini. Hanya saja, pertumbuhannya tidak akan sebesar tahun ini dan juga diperkirakan akan melambat.
Menurut Kus, pertumbuhan tinggi tahun ini dikarenakan pembanding pendanaan di tahun lalu tidak besar karena tidak agresif dampak dari pandemi Covid-19 yang masih tinggi jumlah kasusnya.
“Tahun depan, kami melihat industri akan tetap tumbuh lebih dari 25%,” pangkas Kus.