Sudah tidak asing lagi dengan namanya bukan? Ya, Kopi Toraja merupakan kopi yang berasal dari dataran tinggi Sulawesi. Kopi tersebut termasuk ke dalam kopi terbaik Indonesia yang mendunia seperti Kopi Gayo, Luwak, Kintamani, Sidangkalang, dan lain sebagainya.
Kopi Toraja memiliki dua macam varian, yaitu Arabika dan Robusta. Keduanya memiliki kualitas yang sangat baik. Bedanya, Kopi Robusta Toraja mempunyai kadar kafein yang lebih tinggi dengan tingkat keasaman yang rendah. Jangan salah, meskipun Kopi Robusta Toraja memiliki rasa yang pahit, tetapi juga mempunyai aroma rempah yang tak kalah kuat.
Kopi ini juga sangat melekat di kalangan masyarakatnya. Berkat kebiasaan mengopi inilah yang akhirnya menginspirasi masyarakat sekitar dan terbentuklah sebuah tarian yang dikenal dengan Tari Petik Kopi atau Tari Malattu Kopi yang berarti sebagai bentuk apresiasi dan rasa syukur. Tarian ini juga kerap dipertunjukkan apabila menjelang panen kopi.
Awalnya, pada tahun 1930 Kopi Toraja lebih dikenal di Jepang. Bahkan hingga kini, kopi-kopi tersebut masih mengisi di berbagai gerai di Negeri Sakura. Sementara, pada tahun ’70-an barulah kopi tersebut terkenal di Indonesia. Kopi tersebut juga merupakan salah satu kopi mewah dan terenak baik di Indonesia maupun mancanegara.
Lalu bagaimana dengan nasib industri kopi di saat pandemi covid-19?
Saat ini industri kopi di Indonesia ikut menjadi imbasnya akibat pandemi covid-19. Termasuk pada kopi asal Sulawesi ini. Namun, ternyata kopi-kopi di Indonesia, termasuk Kopi Toraja, masih memiliki peluang sebagai salah satu penggerak perekonomian nasional dan nilai ekspor yang besar. Tidak hanya itu, akibat adanya PSBB juga mempengaruhi peminat kopi di Indonesia.
Selain itu, dapat diketahui juga bahwa masa pandemi ini permintaan Kopi Arabika tersisa 25%. Hal ini dikarenakan karena harganya yang tinggi, sedangkan untuk Kopi Robusta memiliki harga yang lebih murah cenderung meningkat.