Indeks harga pangan Organisasi Pangan dan Pertanian atau FAO, pada Maret 2023 kemarin mengalami penurunan. Adanya penurunan harga pangan ini diharapkan berdampak positif bagi pelaku industri kecil dan menengah (IKM) serta usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) sebagaimana perolehan bahan baku impor yang lebih murah.
Jadi indeks harga pangan yang diterbitkan oleh FAO pada Jumat (7/4) selama bulan Maret 2023 berada di posisi 126,9 poin atau lebih rendah 2,1 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan Maret 2022, indeks tersebut mengalami penurunan sebesar 20,5 persen. Paling banyak menyumbang pada penurunan tersebut berasal dari minyak nabati, serealia, dan susu.
Begitupun juga terjadi di indeks harga kelompok serealia pada Maret 2023 yang hanya memperoleh nilai 138,6 poin atau turun 5,6 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Angka tersebut juga diketahui lebih rendah 18,6 persen dibandingkan dengan satu tahun sebelumnya.
Bukan dari kelompok serealia saja, melainkan FAO juga mencatat indeks harga kelompok minyak nabati pada Maret 2023. Jumlahnya hanya senilai 131.8 poin atau 3 persen dari bulan sebelumnya. Kalau dilihat dari Maret 2022, nilai ini bahkan jauh lebih rendah 47,7 persen.
Rata-rata penurunan harga ini terjadi karena akibat melemahnya harga gandum sebesar 7,1 persen. Hal ini bisa terjadi lantaran disebabkan oleh perpanjangan inisiatif Biji-bijian Laut Hitam yang membuat Ukraina dapat mengekspor pasokannya.
Akibat dari ini, Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian, Reni Yanita menuturkan seharusnya terjadinya penurunan harga ini membawa dampak positif bagi industri kecil menengah.
Terutama untuk para pelaku industri yang bergerak di bidang makanan dan minuman saat di tengah kenaikan permintaan masa Ramadan–Lebaran 2023.
“Harga di (pasar global) yang cenderung menurun membuat industri tepung terigu tidak kesulitan mendapatkan gandum sebagai bahan baku,” ujar Reni, pada Minggu (9/4).
Sementara itu di tengah menurunnya harga pangan, Sekretaris Jenderal Asosiasi UMKM Indonesia Eddy Miseo menilai sebagai bahan baku, harga tepung terigu relatif stabil dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Stabilitas harga bahan baku penting karena UMKM ingin memproduksi lebih banyak di tengah potensi kenaikan belanja masyarakat selama Ramadan–Lebaran 2023,” ucapnya.
Walau demikian, Bayu Krisnamurthi selaku anggota Dewan Penasihat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) menilai Indonesia harus lebih cermat lagi dalam mengamati jumlah komoditas pangan. Sebab diperkirakan pada semester ke-II 2023, harga pangan akan kembali meningkat.
Adapun harga pangan yang diprediksikan bakal naik adalah daging ruminansia seperti sapi dan kerbau. Diperkirakan tren harga daging kedepannya masih dinamis karena pemulihan sapi ternak di Australia belum mencapai batas normal, sedangkan produksi daging di India hanya diperoleh untuk dalam negeri.
Meskipun, sebenarnya, Bayu berharap tren penurunan harga pangan global bisa bersifat fundamental, salah satunya karena rantai pasok dan sistem pengangkutan pangan di pasar dunia berangsur pulih.