Lalat tak hanya mengganggu manusia dengan keberadaannya, tapi juga membahayakan karena bisa menjadi sarang penyakit, pembawa bakteri dan parasit penyebab diare dan infeksi mata. Beruntung ada inovasi pengusir lalat ramah lingkungan yang diciptakan para mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM). Membasmi lalat nggak menjadi hal sulit lagi.
Para mahasiswa UM menciptakan pengusir lalat yang diberi nama ESSIL. Pengusir lalat ini ramah lingkungan, lho, karena ia juga berfungsi sebagai pestisida sekaligus disinfektan alami. Menggunakan bahan dari daun kemangi ditambah kulit jeruk nipis dan daun cengkeh, ESSIL baik untuk lingkungan.
Salah satu anggota tim peneliti mahasiswa UM, Viska Rinata, mengungkapkan, selain lalat menjadi sumber penyakit, alasan menciptakan inovasi ESSIL karena tingginya ledakan populasi lalat. Ini disebabkan peternakan ayam di Trenggalek, Jawa Timur sudah mencapai 3.272.238. Hal ini memicu ledakan populasi lalat secara drastis dan mengganggu masyarakat.
”Siapa sih yang nggak terganggu sama lalat, lalat itu annoying banget. Selain annoying, resiko penyakit dari bakteri yang dibawa lalat itu lebih tinggi daripada serangga lain, seperti kecoa dan sebagainya,” ujarnya.
Viska dan tim lalu mencoba mencari solusi yang ekonomis sehingga mudah diterima oleh warga sekitar. Akhirnya berdasarkan observasi, banyak petani kemangi di Trenggalek yang belum memanfaatkan hasil taninya dengan maksimal. Selama ini daun kemangi biasanya hanya dijadikan lalapan atau pendamping sambal dan nasi yang dijual dengan harga rendah.
Dari situlah, diputuskan untuk membuat ESSIL berbahan daun kemangi, daun cengkeh, dan kulit jeruk nipis yang memiliki nilai jual sangat rendah, bahkan seringkali menjadi limbah. Nggak hanya karena memanfaatkan bahan yang ada, daun kemangi dipilih terlebih karena memiliki bahan aktif methyl clavicle dan cineol yang tidak disukai oleh lalat.
Sementara itu, daun cengkeh dan kulit jeruk nipis dipilih karena punya fungsi antimikroba yang membuat produk memiliki nilai keterbaruan tinggi. ESSIL juga menggunakan teknologi nano fogging gun, yang memungkinkan penyemprotan terhadap produk dapat dilakukan lebih cepat, rata, dan tepat sasaran.

Hasilnya, setelah dilakukan uji coba, ESSIL memiliki persentase efektivitas cukup tinggi dalam mengusir lalat, yaitu lebih dari 90%. Dari uji organoleptik yang menggunakan indra manusia sebagai alat utama, semua penguji menyatakan menyukai aroma dan tekstur dari ESSIL.
”Jadi selain sebagai repellent lalat, ESSIL juga berfungsi sebagai disinfektan untuk membersihkan sisa-sisa bakteri yang ditinggalkan lalat sehingga dapat meminimalisir risiko diare, penyebaran polio, disentri, dan sebagainya. Ini produk sustainable yang ramah lingkungan dan minim risikonya bagi kesehatan masyarakat maupun lingkungan,” kata Viska.
ESSIL juga meraih prestasi internasional, lho, Sob. Inovasi mahasiswa UM ini berhasil menarik perhatian juri di ajang Green Wave Environmental Care Project For Schools 2022 yang diadakan oleh Sembcorp Marine di Singapura. ESSIL berhasil meraih juara kedua di ajang tersebut karena memiliki nilai jual dan keterbaruan yang tinggi.
Saat ini ESSIL masih diproduksi dalam skala kecil. ESSIL diharapkan bisa dikembangkan sehingga dapat digunakan secara masif dan komersial di bidang peternakan. Kalo sudah dijual meluas, kamu mau beli, Sob, buat mengusir lalat?