Sobat, kamu pasti mendengar wacana Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Indonesia akan diberhentikan karena Indonesia mau beralih ke energi bersih alias energi baru terbarukan. Namun ternyata, di tengah proses transformasi ke energi bersih dan mulai meninggalkan PLTU, 3 mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menemukan pengganti batu bara yang dipakai di PLTU. Kira-kira, apa ya itu?
Tim mahasiswa Departemen Teknik Elektro ITS tersebut ternyata menemukan potensi di tanaman bambu yang bisa menjadi bahan bakar pengganti batubara di PLTU. Hasil penemuan dituangkan dalam esai berjudul Potensi Tanaman Bambu sebagai Bahan Bakar Co-Firing dengan Teknologi Torefaksi menuju Indonesia Net Zero Emission 2060.
Ketua Tim yang dinamai Gryffindor yaitu Muhammad Dzaky Kamal mengungkap kalau bambu yang limbahnya banyak ditemukan di lingkungan sekitar ternyata memiliki nilai kalor yang hampir sama dengan batu bara. Maka dari itu bambu bisa digunakan sebaga bakar Co-Firing di PLTU.
Co-Firing sendiri merupakan suatu proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batu bara untuk PLTU. Dengan adanya penambahan bambu di proses Co-firing, maka diharapkan bisa menggantikan peran batu bara sepenuhnya di PLTU.
Cara menggunakan bambu di proses Co-firing dilakukan dengan metode torefaksi. Torefaksi sendiri merupakan pembakaran biomassa di suhu 200 derajat celcius pada keadaan kedap oksigen. Nah ketika bambu dipanaskan hingga suhu tersebut dan kemudian didinginkan, didapatkan nilai kalor bambu sebesar 5.300, lebih tinggi 30% dari nilai kalor batu bara yang hanya 5.100.
Inovasi tim mahasiswa ITS ini juga berhasil meraih Juara III pada Essay and Poster Competition CREATION 2022 yang diselenggarakan oleh Departemen Teknik Kimia, Universitas Diponegoro, beberapa waktu lalu.
Ke depannya, Dzaky dan kedua temannya yang tergabung di tim Gryffindor yaitu Edwin Juanda Sirait, Mochammad Naufal Hakim berharap inovais ini bisa disempurnakan dan menjadi solusi dalam penggunaan bahan bakar Co-Firing di PLTU dan dapat mengurangi dampak dari jejak emisi karbon yang ada.
“Selanjutnya, kami mencoba untuk inovasikan biomassa lain yang berasal dari sampah atau limbah,” tandas Dzaky.