Indonesia sedang bersiap untuk menjadi pemain besar di industri mobil listrik dunia. Dengan kekayaan alam berupa nikel yang bisa diolah menjadi baterai Lithium-Ion, sangat memungkinkan bagi industri dalam negeri unjuk gigi di pasar mancanegara. Tapi ternyata, membuat baterai Lithium-Ion atau baterai untuk kendaraan listrik (EV) tidak hanya dari hasil tambang, lho! Terbukti dari peneliti UI yang berhasil menciptakan baterai EV dari ampas kopi.
Tepatnya para peneliti yang berasal dari Departemen Teknik Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia (DTMM FTUI) mengolah limbah ampas kopi menjadi grafen ditambah dengan limbah batok kelapa yang dibuat menjadi karbon aktif untuk kemudian ditambahkan pada material aktif anoda.
Lebih rincinya lagi, bateria Lithium-Ion ini terbuat dari material LTO yang dicampur dengan timah (Sn) dan karbon aktif (C) serta LTO yang dicampur dengan Silikon (Si) dan karbon aktif (C), lalu menghasilkan masing-masing komposit LTO/C-Sn dan LTO/C-Si sebagai material aktif anoda dan Lithium Ferro Phosphate (LFP) sebagai material aktif katoda.
Ketua Tim Peneliti Baterai Lithium-Ion FTUI, Prof. Dr. Ir. Anne Zulfia Syahrial, M.Sc. menjelaskan bahwa LTO dalam baterai kendaraan listrik harus baik agar tidak rentan mengalami korsleting saat pengisian elektron.
“LTO tidak rentan mengalami short circuit (korsleting) pada saat proses charging (pengisian elektron). Arus listrik yang dihasilkan lebih stabil dan aman dibandingkan baterai Lithium Graphite yang umum banyak digunakan pada baterai kendaraan listrik saat ini,” ujar Anne seperti dikutip dari laman website Universitas indonesia, Jumat (5/11/2021).
Hal ini juga lah yang sebenarnya memberikan ide pemanfaatan limbah ampas kopi untuk baterai kendaraan listrik oleh Anne dan timnya. Selain untuk mengurangi sampah kopi, ada pula penemuan bahwa ampas kopi mengandung partikel-partikel yang dapat menghasilkan nano partikel dengan kondisi surface area yang baik. Ampas kopi juga bisa diolah menjadi grafen yang bisa tingkatkan Lithium Titanate Oxide (LTO) di material baterai kendaraan listrik
Meski kemudian, Anne menyebutkan bahwa baterai kendaraan listrik buatan timnya sempat mengalami kelemahan pada kapasitas spesifik (LTO) di 175 mAh/g yang lebih rendah dari grafit di 372 mAh/g. Tapi kelemahan itu teratasi kala tim peneliti mencampurkan juga karbon aktif di batok kelapa yang mengandung senyawa Sn atau Si.
Tetapi, lebih baik berfokus pada kelebihan baterai kendaraan listrik buatan peneliti UI ini yaitu seperti yang dikatakan oleh Nofrijon Sofyan, Ph.D selaku anggota peneliti. Dengan pemanfaatan ampas kopi dan juga batok kelapa, hasilnya pengisian daya baterai EV bisa menjadi lebih cepat menjadi 30 menit.
Kedepannya, para peneliti dari DTTM FTUI ini mengharapkan bisa mempercepat proses pengisian baterai EV dari ampas kopi ini menjadi 15 menit. Setelahnya ia juga menyebut bahwa produk riset hasil karya dosen-dosen UI ini siap dikomersialkan.