Implementasi kebijakan hilirisasi industri diyakini oleh pemerintah mampu menjaga kekuatan perekonomian nasional. Upaya untuk meningkatkan nilai tambah industri dilakukan dengan mengolah sumber daya alam menjadi barang setengah jadi hingga produk jadi.
Seperti yang sudah ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo bahwa nilai tambah industri energi dan mineral di Indonesia harus terus ditingkatkan. Dalam kepentingan nasional, kepentingan dalam negeri dan kepentingan rakyat, peningkatan nilai tambah yang maksimal sangatlah penting.
“Lebih dari itu yang paling penting adalah hilirisasi besar-besaran tidak bisa lagi kita mengekspor dalam bentuk raw material, dalam bentuk bahan mentah yang tidak memiliki nilai tambah,” ujar Presiden Joko Widodo, melansir dari tagar.id.
Selain itu ditambahkan juga, tak hanya menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah, kekayaan alam dengan kearifan dan teknologi yang melestarikan juga harus dikombinasikan pemanfaatannya.
“Prinsip ekonomi berkelanjutan ini harus betul-betul kita jaga, kita pegang teguh yaitu melalui green economy dan blue economy,” ucapnya.
Pentingnya untuk mendorong hilirisasi dan industrialisasi pada seluruh komoditas juga kembali ditekankan oleh Presiden. Guna memajukan Indonesia, hal tersebut adalah kesempatan yang sangat baik.
“Inilah sebuah kesempatan, jangan sampai nanti kita kehilangan opportunity lagi, kehilangan kesempatan lagi, dulu ada booming minyak kita kehilangan, ada booming kayu kita kehilangan. Ini tidak, minerba ini harus menjadi sebuah fondasi kita dalam rangka memajukan negara kita Indonesia,” tegas Presiden.
Hilirisasi Industri
Saat ini, hilirisasi industri di sektor pertambangan dan perkebunan sudah mulai berjalan. Contohnya seperti hilirisasi nickel ore menjadi stainless steel di kawasan industri Morowali, Sulawesi Tengah.
Sebelum diolah nickel ore dijual sekitar US$40-60, sedangkan saat sudah diolah menjadi stainless steel harga jualnya di atas US$2.000. Hasilnya pun sudah bisa diekspor dari Morowali senilai US$4 miliar, baik itu hot rolled coil maupun cold rolled coil ke Amerika Serikat dan China.
Selanjutnya, eksportir minyak atsiri yang perlu diberikan nilai tambah sehingga nilai ekspornya turut terdongkrak. Misalnya, menjadikan minyak atsiri menjadi produk aromaterapi atau parfum. Parfum Tobarium dari Sumatera Utara menjadi salah satunya cikal bakal yang bisa menambahkan nilai ke produk minyak atsiri.
Dengan banyaknya cadangan nikel yang dimiliki dan diberikan nilai tambah, Indonesia juga berpotensi menjadi pengekspor baterai mobil listrik. Apalagi pabrik dari baterai mobil listrik sendiri akan segera dibangun di Indonesia. Bahkan tak hanya baterai, Indonesia juga bisa menjadi penghasil dan pengekspor mobil listrik.