Proyek besar pemerintah Indonesia berupa pembangunan Satelit Satria-1 pada Rabu (18/8/2021) lalu telah diresmikan Menkominfo, Johnny G Plate beserta para petinggi Pasifik Satelit Nusantara (PSN) dan PT Satelit Nusantara III (SNT).
Proyek Satelit Satria-1 sendiri merupakan satelit yang akan memberikan jangkauan jaringan internet di 150.000 titik yang tersebar di wilayah Indonesia. Untuk stasiunnya sendiri akan berjumlah sebelas yang tersebar mulai dari Batam, Pontianak, Cikarang, Banjarmasin, Tarakan, Manado, Ambon, Manokwari, Kupang, Timika dan Jayapura.
Dari jumlah titik tersebut, 93.900 titik akan dimaksimalkan untuk kepentingan pendidikan, seperti sekolah dan pesantren. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan pembelajaran jarak jauh. Sementara 47.900 titik akan ditujukan untuk kepentingan desa, kelurahan, kecamatan dan pemerintah daerah sehingga kinerja sistem layanan berbasis elektronik dapat dioptimalkan dengan maksimal.
Sedangkan 3.700 titik layanan ditujukan untuk kepentingan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit dan 600 titik layanan publik lainnya.
Dengan dibangunnya Satelit Satria-1, diharapkan Indonesia dapat bersaing secara global dalam bidang teknologi serta titik-titik layanan dapat digunakan untuk kepentingan keamanan masyarakat di wilayah 3T (terdepan, tertinggal dan terpencil).
“Meskipun di tengah pandemi Covid-19, proyek Satria-1 sebagai bagian dari upaya percepatan transformasi digital terus diwujudkan demi menghadirkan konektivitas digital di seluruh pelosok nusantara,” terang Menkominfo melalui rilisan resmi.
Diketahui, proyek pembangunan satelit ini membutuhkan investasi senilai US$ 540 juta melalui kerjasama pemerintah dengan badan usaha atau KPBBU. Menurut catatan Kominfo, proyek pembangunan satelit ini telah mencapai 33 persen di mana konstruksinya telah dimulai sejak 3 September 2020.
Sementara, perwakilan PT Satelit Nusantara III (SNT), Ir. Adi Rahman Adiwoso M.Sc menjelaskan jika satelit ini menjadi salah satu satelit terbesar yang dimiliki oleh Indonesia di Asia bahkan dunia. Total kapasitasnya kurang lebih 150 Gbps dengan menjangkau seluruh wilayah Indonesia serta jangkauan 116 spot beam.
“Ini akan menjadi satelit terbesar yang dimiliki Indonesia di Asia. Hidupnya lebih dari 15 tahun dan tingginya 6,5 meter. Juga akan jadi salah satu satelit terbesar di dunia,” terang Adi Rahman seperti dikutip beberapa media online Indonesia.
Dalam proses pembangunannya sendiri, proyek ini akan melibatkan kontraktor utama dari Perancis, yakni Thales Alenia Space dan Great Wall Industry Corporation NWIEE (Tiongkok) yang dipercaya sebagai pembangunan gateway.
Untuk kontraktor monitoring akan melibatkan perusahaan asal Inggris Kratos Defense & Security Solutions dan kontraktor pembangunan IP Hub asal Amerika Serikat, perusahaan HUGHES. Sementara, sebagai peluncur pemerintah Indonesia menggandeng Space Exploration Technologies Corporation (SPACEX) milik Elon Musk.
Dengan kerjasama beberapa perusahaan tersebut, Satelit Satria-1 diklaim memiliki teknologi processing canggih dan menjadi satelit Spacebus Neo 6 tingkat pertama di Asia. Ditargetkan, satelit terbesar milik Indonesia ini akan mulai beroperasi pada November 2023.