Kondisi harga atau tarif komoditas energi khususnya subsidi energi di Indonesia sejauh ini masih terbilang aman dan dijaga untuk memastikan terjaganya tingkat inflasi. Secara khusus, untuk kelistrikan sendiri, Menteri ESDM memastikan pemerintah masih tetap dengan kebijakan tarif adjustment yang telah ditahan sejak 2017.
Sedangkan untuk harga subsidi BBM seperti Pertalite masih akan dipertahankan di harga Rp7.650 per liter. Meskipun selama momen lebaran terjadi peningkatan permintaan atau penggunaan Pertalite oleh masyarakat Indonesia.
BPH Migas mencatat konsumsi BBM jenis Ron 90 atau Pertalite mencapai penyaluran tertinggi pada H-1 Idulfitri 1443 H sebesar 46% dari penjualan normal. Dengan penyaluran tersebut tentunya ada penambahan kuota Pertalite. Namun, hal ini telah disetujui oleh Komisi VII DPR RI dalam rapat kerja bersama Menteri ESDM sebelum Hari Raya Idulfitri.
Kesepakatan penambahan kuota BBM subsidi tahun 2022 tersebut meliputi Pertalite yakni dari 23,05 juta kiloliter menjadi 28,50 juta kiloliter dan Solar yakni dari 15,10 juta kiloliter menjadi 17,39 juta kiloliter.
Langkah pemerintah untuk tidak menaikkan harga pada sektor energi di tengah permintaan yang tinggi dari masyarakat ini diapresiasi oleh para pengamat ekonomi. Salah satunya, Bhima Yudhistira selaku Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios).
Menurutnya, langkah tersebut dapat mendorong pemulihan ekonomi yang sempat menurun saat awal terjadinya pandemi Covid-19. Untuk mengurangi beban subsidi energi tersebut, Bhima menilai pemerintah masih dapat melakukan penyesuaian pos anggaran lainnya.
Sebagai contoh, pendapatan dari booming komoditas akibat naiknya harga minyak dapat dialokasikan untuk penambahan subsidi energi. Mengenai sektor energi kelistrikan sendiri dinilai masih cukup ringan dari BBM. Hal ini didorong oleh kebijakan DMO batubara untuk kebutuhan pembangkit listrik.