Di tengah semangat transisi dari energi fosil ke energi baru terbarukan, Kementerian ESDM mengumumkan bahwa RI akan punya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama yang ditargetkan beroperasi pada 2024. Lalu, akan seperti apa PLTN pertama RI tersebut?
Sebelumnya, mungkin ada Sobat yang belum tau apa itu PLTN dan apa bedanya dengan PLTU yang selama ini kita tahu.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN adalah sebuah pembangkit daya thermal yang menggunakan satu atau beberapa reaktor nuklir sebagai sumber panasnya. Sebenaranya prinsip kerja sebuah PLTN hampir sama dengan sebuah Pembangkilt Listrik Tenaga Uap, menggunakan uap bertekanan tinggi untuk memutar turbin. Namun perbedaanya hanya di sumbernya, di mana PLTN biasanya menggunakan uranium sedangkan PLTU menggunakan batu bara.
Daya sebuah PLTN berkisar antara 40 Mwe sampai mencapai 2000 MWe, PLTN adalah sumber tenaga rendah karbon terbesar kedua di dunia.
Sedangkan saat ini di dunia ada 450 PLN berlisensi yang beroperasi di 30 negara. Keseluruhan reaktor tersebut menyuplai 10% daya listrik dunia. Saat ini juga ada 48 PTN yang sedang dibangun di berbagai negara. Dan mungkin satu termasuk di Indonesia.
PLTN di Indonesia
Direktur Jenderal (Dirjen) Energi Baru Terbarukan dan konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana belum menyebutkan di mana tepatnya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir pertama milik RI akan dibangun hingga berapa jumlah kapasitas PLTN tersebut.
“Kira-kira 2040 memang ditargetkan untuk PLTN pertama di Indonesia. Kita belum putuskan kapasitasnya tapi ini menjadi pilihan karena listriknya handal,” ungkap Dadan kepada CNBC Indonesia dalam Energy Corner, Senin (19/9/2022).
Tenaga nuklir yang masuk sebagai energi baru yang ditengarai bisa menjadi pengganti energi fosil. Pembangkit Nuklir, kata Dadan, bahkan bisa membantu Indonesia mengejar target Net Zero Emission di 2060.
“Dan ini proyek jangka panjang. Sekarang sedang dibahas apakah pembangkit nuklir skala kecil bisa dibangun di pulau-pulau yang bisa menyerap tenaga kerja lokal,” tandas Dadan.
Lebih lanjut, menurut Dadan, saat ini pihaknya baru membuat simulasi road map berkenaan dengan pengembangan pembangkit nuklir tersebut.
Ngomong-ngomong mengembangkan nuklir, sebelumnya, Presiden Rusia, Vladimir Putin pernah menyatakan ketertarikannya untuk berinvestasi di Indonesia dalam hal pengembangan industri setrum nuklir. Putin bahkan menawarkan perusahaan jagoannya yaitu Rosatom State Corporation yang mempunyai pengalaman, kompetensi dan teknologi dan dinilai bisa membantu pengembangan industri energi nuklir di Indonesia.
Kira-kira Indonesia bakal terima tawaran Putin untuk berinvestasi di energi nuklir atau mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir mandiri, ya?