Saat ini kita ketahui bersama, bahwa minyak atsiri bisa menjadi bahan utama produksi parfum. Jenis minyak satu ini pun juga bisa diperoleh dari satu pohon bernama pohon sapu-sapu yang letaknya ada di wilayah Kepulauan Bangka Belitung.
Bagi masyarakat sekitar, pohon tersebut dikenal dengan pohon ujung atap atau bernama latin Baeckea frutescens. Dengan banyaknya pohon sapu-sapu di wilayah Kep. Bangka Belitung, diharapkan akan mampu menjadikan Indonesia sebagai produsen utama dalam sektor produksi parfum dunia.
“Pohon sapu-sapu selama ini menjadi tanaman liar dan bisa diolah sebagai minyak atsiri. Minyak yang sangat banyak kegunaanya,” ujar Ketua Dewan Atsiri Indonesia Irdika Mansur, di Pangkalpinang, Kamis (26/1).
Irdika juga memaparkan bahwa kandungan minyak atsiri lebih dari sekadar bahan baku parfum saja. Pasalnya minyak tersebut punya banyak memiliki kegunaannya, bahkah bisa mencakupi hampir seluruh aktivitas manusia.
“Pakai sabun, pasta gigi, deodoran dengan rasa mint dan kandungan minyak atsirinya. Itu akan kita gunakan sehari-hari,” tambahnya.
Ia juga menyebutkan kalau daerah tropis seperti di Indonesia ini cocok untuk membudidayakan bahan baku minyak atsiri. Walaupun masih ada jenis tanaman yang bisa digunakan menjadi minyak astri, seperti sereh wangi, lada, cengkeh, dan lainnya.
Tercatat sebanyak 173 tanaman kini sudah bisa diekstrak menjadi minyak atsiri, termasuk pohon sapu-sapu. Dan Kepulauan Bangka Belitung dinilai sebagai wilayah yang cocok untuk mengembangkan tanaman sapu-sapu.
Hal ini disebabkan karena daerah tersebut punya tanah berpasir, terutama khusus lahan reklamasi bekas pertambangan.
“Nilai ekspor minyak atsiri sebagai minyak esensial oil mencapai 10 triliun per tahun. Indonesia itu tiga besar dunia. Kadang nomor satu atau nomor dua antara India dan China. Jadi perlu dikelola potensi yang kita miliki ini,” jelas dosen Institut Pertanian Bogor (IPB).
Apalagi kini menurut Pejabat (PJ) Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Ridwan Djamaluddin sangat mendorong adanya penelitian dan pendampingan di masyarakat terkait pengolahan minyak atsiri.
“Data kita 123.000 hektar lahan kritis pascapenambang yang bisa dimanfaatkan. Banyak yang bisa dilakukan, salah satunya untuk minyak atsiri ini,” ungkap keterangan Ridwan.
Di samping itu Doni Monardo selaku Komisaris Utama Holding Tambang Nasional MIND ID pun turut menyetujui adanya budidaya minyak atsiri dari pohon ujung atap di Bangka Belitung. Karena menurutnya hal ini bisa meningkatkan produksi minyak atsiri.
“Kongsi dagang VOC sampai saat ini masih terjadi yang terkaya karena rempah-rempah yang kita miliki. Saatnya kita mengolah sendiri sumber daya alam kita,” kata Doni.
Menurut perhitungannya, untuk 1 ton pohon sapu-sapu bisa menghasilkan sekitar 10 liter minyak atsiri dengan harga Rp300.000 per liter. Di mana berarti ada pendapat masyarakat sebesar Rp3 juta untuk setiap 1 ton bahan baku yang berasal dari pohon, ranting, sampai ke daunnya.
Terlebih apabila masuk ke pasar global angka ekonomi esensial oil tersebut diperkirakan bisa meroket dari 9,62 miliar dolar pada 2021 menjadi 187,25 miliar dolar pada 2028.
“Ada parfum terkenal di Eropa, bahan bakunya dari kita. Kemudian produk parfumnya kita beli lagi dengan harga mahal. Sehingga kita perlu mengolahnya sendiri dari hulu ke hilir,” tandas Doni.