Seperti yang kita ketahui, sebelumnya dikabarkan bahwa para tetua adat Suku Baduy khususnya Baduy Dalam baru-baru ini meminta kepada pemerintah daerah setempat untuk memutus sinyal internet yang ada di wilayahnya. Namun rupanya upaya pemutusan sinyal internet ini membuat pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di kawasan Baduy Luar khawatir akan kena imbasnya.
Kekhawatiran tersebut disampaikan langsung oleh salah satu pelaku UMKM dari Baduy Luar bernama Asmun. Dalam hal ini, ia gelisah terhadap wacana pemutusan sinyal internet yang akan dilakukan di kawasan Baduy Dalam akan berdampak pula ke Baduy Luar.
“Bingung (pemutusan sinyal internet) kami warga dan kelompok UMKM khawatir kalau ada dampak sinyal yang ke Baduy Luar,” ujar Asmun sebagaimana mengutip Kabarbanten, pada Senin (12/6).
Asmun sendiri adalah warga dari Baduy Luar. Ia juga termasuk pelaku UMKM yang menjual kain tenun, tas koja yang terbuat dari kulit pohon, kopi, dan lain sebagainya. Nah, untuk memasarkan produk-produk usahanya, Asmun memanfaatkan penjualan online dan offline. Maka dari itu dirinya sangat membutuhkan internet, untuk kelancaran usahanya.
“Kebutuhan (sinyal) sangat penting bagi pelaku UMKM karena jualan juga di online. Saya jual di WhatsApp, Facebook dan Instagram,” ungkap Asmun.
Ia juga tak banyak mengeluarkan pendapat mengenai wacana pemutusan sinyal internet di kawasan Baduy Dalam yang diminta oleh tetua adat. Akan tetapi dirinya berharap bahwa pemutusan sinyal internet nanti tak berdampak bagi wilayah Baduy Luar.
“Semoga saja (Baduy Luar) nggak terdampak, karena di Baduy Luar juga banyak yang jualan jadi bukan untuk saya saja, buat ramai-ramai,” katanya.
Di sisi lain, Sekretaris Desa Kanekes, Agus menyebutkan bahwa terdapat ratusan pelaku UMKM yang berada di kawasan Baduy. Kebanyakan dari total penduduk 13.714 jiwa, 324 jiwa warga Baduy berprofesi sebagai pedagang dan menjalankan usaha.
“Pelaku UMKM Baduy yang terdaftar di kami dan aktif sampai tahun ini sekitar 324 UMKM, di Baduy Luar saja,” ujarnya.
Menurut Agus, rata-rata para pedagang di Baduy memanfaatkan jaringan internet sebagai sarana untuk promosi. Terbukti berdasarkan catatannya sebanyak 250 pelaku UMKM yang mempromosikan barang dagangan lewat media sosial.
“Sedangkan yang aktif bermedia sosial di bidang pemasaran olshop (online shop) sekitar 250-an,” paparnya.
Mengenai pemutusan internet di wilayah Baduy Dalam ini pun Agus tak banyak memberikan tanggapan. Baginya keputusan tersebut berasal dari lembaga adat Baduy.
“Memang kalau Baduy Dalam dari dulu juga dilarang dan harus bebas dari sinyal internet. Kalau di Baduy Luar hanya beberapa kampung saja yang ada sinyal internet, kebanyakan perkampungan di Baduy juga tidak ada jaringannya, kampung di Baduy Luar yang dekat dengan perbatasan,” tuturnya.
Di zaman yang serba digital ini memang internet sangat berguna untuk memasarkan produk jualan. Semoga pemutusan internet di Baduy Dalam nggak berdampak bagi pelaku UMKM di Baduy Luar, ya, Sob.