Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (PATAKA) berharap pemerintah Indonesia mendorong pembangunan industri tepung telur. Pasalnya, permintaan terus meningkat dari industri makanan dan minuman.
Selain itu, industri tepung telur juga bisa ikut membantu mengatasi over suplai yang terjadi pada industri ayam broiler. Hal ini diungkapkan oleh Ali Usman selaku Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka).
Diketahui, dalam mengatasi over suplai ayam broiler, pemerintah sejauh ini memusnahkan telur ayam yang akan ditetaskan menjadi bibit ayam broiler. Pataka menilai, langkah tersebut semestinya tidak dilakukan secara terus menerus karena dapat merugikan industri ayam broiler.
“Kenapa pemerintah tidak berpikir, bahwa over populasi di ayam broiler itu bisa dimanfaatkan telurnya untuk industri tepung telur? Sehingga tidak lagi dimusnahkan secara cuma-cuma,” ujar Ali Usman seperti dikutip Republika pada Kamis (7/10/2021).
Pada dasarnya, telur ayam yang dihasilkan dari ayam broiler sama dengan telur yang dihasilkan oleh ayam petelur. Telur dari ayam broiler pun dapat dikonsumsi selama belum masuk dalam proses pengeraman dan penetasan atau setting HE.
Dengan memusnahkan telur ayam broiler, dapat mengakibatkan potensi bocornya produksi telur dari ayam broiler ke pasar. Tentunya, itu akan menambah pasokan telur ayam dan harga telur menjadi jatuh di pasaran, serta merugikan peternak ayam petelur yang fokus memproduksi telur ayam.
Sebelumnya, wacana akan didorong industri tepung telur sendiri sudah dirancang sejak 2019 lalu. Namun hingga saat ini belum ada tindak lanjut konkret dari pemerintah dan industrialisasi justru terus terjadi pada sektor ayam broiler, di mana semakin banyak perusahaan integrator perunggasan menyebabkan terjadinya over suplai daging ayam berimbas pada anjloknya harga.
Saat ini, perusahaan integrator perunggasan sendiri mulai merambah ke pasar telur ayam, bahkan tercatat produksi telur ayam secara nasional saat ini disumbangkan dari perusahaan skala industri dengan jumlah sekitar 15 persen. Padahal, sesuai aturan pemerintah, produksi ayam 98 persen harus dikuasai oleh peternak ayam petelur (layer).
Sekedar informasi saja, saat ini permintaan terhadap impor tepung telur selalu ada setiap tahunnya, seiring berkembangnya industri makanan dalam negeri. Pada 2019 tercatat, total impor tepung telur mencapai 2.750 ton dan produk olahan telur sebesar 549 ton yang berasal dari Belgia, Denmark, Italia, Amerika Serikat dan India.
Melihat angka tersebut, Ali menambahkan seharusnya pemerintah bisa mendorong industri tepung telur, melihat permintaan yang tinggi dari konsumen di Indonesia yang berasal dari industri makanan dan minuman.
Mengenai produksi telur ayam sendiri, mengutip dari Badan Pusat Statistik (BPS), total produksi telur ayam ras secara nasional mencapai 5,05 juta ton pada 2020. Angka tersebut naik dari tahun sebelumnya yang mencapai 4,75 juta ton. Ada pun rata-rata konsumsi telur nasional mencapai 4,7 ton per tahun.