Salah satu pengolahan bijih nikel terbesar di dunia yang berada di Cina diketahui mengalami penurunan persediaan nikel pada minggu lalu dengan jumlah 163.000 ton basah (wet metric ton/wmt) per Jumat (15/4/2022) di pelabuhan Cina.
Padahal, pada minggu sebelumnya pengolahan bijih nikel terbesar di Cina tersebut ini mampu mengolah kurang lebih 5,57 juta wmt. Total persediaan di tujuh persediaan utama di seluruh Cina sendiri mencapai 2,35 juta wmt, di mana jumlah ini turun 93.000 wmt dari pekan sebelumnya.
Penyebab turunnya persediaan bijih nikel tersebut disinyalir karena beberapa hambatan, salah satunya adalah pengiriman dari Filipina akibat cuaca. Akibatnya, persediaan di gudang pun ikut menyusut. Hal ini sesuai dengan pantauan LME, di mana per (14/2/2022) stok nikel Cina tercatat hanya 72.600 ton.
Jumlah tersebut turun 28.656 ton atau sekitar 25,46% terhitung sejak awal tahun (year-to-date) dan stok nikel LME menyusut kurang lebih 72,56% dibandingkan pada April 2021 lalu. Dengan begitu bisa dikatakan, saat ini kondisi pasokan nikel dunia sedang tertekan. Untuk keluar dari tekanan tersebut, Indonesia digadang-gadang dapat menjadi penyelamat.
Hal ini bukan tanpa alasan, pasalnya Indonesia kini menjadi salah satu negara produsen tambang terbesar dunia. Salah satu perusahaan asal Inggris, Fitch Solutions memproyeksikan jika produksi bijih nikel (ore) Indonesia mencapai 919 juta ton pada 2022, di mana angka tersebut naik 10% dibandingkan produksi pada 2021.
Maka, ini akan membuat produksi nikel tambang Indonesia memiliki porsi 30,8% dari total produksi dunia. Meskipun dapat menggantikan Cina, sayangnya bijih nikel Indonesia dilarang diekspor sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan bijih nikel global, terutama Cina sebagai pengolah nikel terbesar di dunia.
Pelarangan ekspor bijih nikel bukan tanpa alasan. Dengan kebijakan tersebut diharapkan agar nikel mentah bisa diolah di Indonesia, sehingga produk ekspor dari Indonesia bukan hanya produk mentah saja. Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) sendiri mencatat ada kenaikan produksi di dalam negeri sebesar 30% di tahun 2022 dibandingkan dengan 2021.
Kenaikan produksi tersebut tidak lepas dari beberapa perusahaan smelter nikel yang telah beroperasi . Ditargetkan juga ada empat smelter nikel yang akan beroperasi di Indonesia pada 2022 mendatang.
Sekedar informasi saja, Fitch Solutions mencatat jika saat ini produksi nikel masih dipegang oleh Cina disusul Rusia dan Indonesia. Dengan penyusutan stok bijih nikel ini dapat menghambat produksi di berbagai industri, salah satunya adalah kebutuhan baterai kendaraan listrik (EV) yang dalam beberapa tahun belakangan ini sedang digencarkan dunia otomotif.