Buat warga ibu kota Jakarta dan sekitarnya, mungkin nggak semua merasakan dampak parah akibat polusi udara. Sebagian warga yang dekat dengan sumber-sumber pencemaran tentu menjadi pihak paling rentan. Nah, sebagai teguran bagi masyarakat agar lebih waspada dampak polusi udara, produk parfum aroma polusi meluncur ke hadapan publik.
Hah, parfum bau polusi?! Emang bisa ya?
Ya, Sob. Meskipun terkesan aneh, Dedi Mahpud, seorang guru kimia asal Bogor, Jawa Barat, berhasil mengomposisi “wewangian” baru ini memanfaatkan beberapa bahan alami. Dikutip dari Mongabay, produksi parfum aroma polusi ini diinisiasi oleh lembaga pelestari lingkungan Greenpeace. Awalnya Dedi mengira Greenpeace mengajaknya untuk membuat parfum beraroma harum dengan kandungan alkohol seperti selama ini dikenal.
Dedi yang juga bekerja sebagai konsultan kimia industri di beberapa perusahaan itu lantas tertarik untuk mengembangkan produk yang dimaksudkan sebagai alat kampanye pelestarian lingkungan pertama di dunia.
“Saya kira mau bikin parfum wangi, saya sudah siapin formula dan bahan bakunya. Pas ditanya, jawabannya ini (parfum polusi). Idenya, wah gila. Saya merasa tertantang. Boleh dibilang itu ke luar dari logika masyarakat biasa,” kata Dedi.
Dedi terlebih dahulu mengumpulkan bahan-bahan alami, antara lain daging ikan, ayam, dan sayur-mayur. Meski beraroma menyengat, parfum ini disebut aman karena dibuat dengan 100 persen bahan alami. Pengerjaan parfum ini menghabiskan waktu selama tiga bulan.
Sejalan dengan misi Greenpeace untuk mengingatkan bahaya pencemaran lingkungan, Dedi berharap, produk parfum ini bisa menginspirasi banyak orang untuk mengurangi pencemaran udara, air, dan tanah.
Tiga Macam Aroma
Nggak sebatas polusi udara, organisasi Greenpeace hendak mengingatkan kondisi genting pencemaran air dan tanah. Maka gagasan ini diwujudkan dengan tiga macam parfum beraroma berbeda.
Pertama, dinamai “The Peril Soil”, parfum ini terinspirasi dari kondisi tanah tercemar. Limbah industri hingga rumah tangga menjadi penyebab utama pencemaran tanah yang terjadi di sekitar kita. Saat menghirup parfum The Peril Soil, beberapa kesan yang muncul mengingatkan pada bau campuran sampah organik seperti sisa makanan dan sampah anorganik seperti plastik yang menumpuk tempat pembuangan akhir.
Kedua, aroma parfum “The Smelly River” terinspirasi dari bau menyengat yang keluar dari air sungai di perkotaan. Aroma ini menunjukkan ada pencemaran air yang terlihat dari rupanya yang hitam pekat. Di beberapa kota besar di Indonesia, penyebabnya karena air buangan, serta limbah rumah tangga dan industri yang langsung dibuang ke sungai. Duh, sedih nggak sih, Sob…!
Terakhir, parfum “The Smoky Air” terinspirasi dari polusi udara yang belakangan makin mengganggu pernapasan. Sekalipun tanpa disadari atau kita rasakan, aroma udara yang kita hirup sudah tercampur dengan asap kendaraan bermotor, hasil pembakaran sampah, hingga buangan pembangkit listrik tenaga uap.
Beragam dampak polusi di perkotaan tersebut tak selalu dirasakan dengan segera oleh seluruh warga. Karena itulah, menghadirkan produk parfum diharapkan membuka pandangan masyarakat, bahwa polusi sudah menempel di tubuh, laiknya parfum yang digunakan setiap hari.
Hal ini diungkapkan oleh Juru Kampanye Keadilan Perkotaan Greenpeace Indonesia, Charlie Albajili. Tujuan peluncuran produk itu adalah menghadirkan pengalaman bagi masyarakat kelas menengah untuk merasakan dampak polusi. Selama ini, kata Charlie, polusi udara lebih banyak dirasakan oleh warga rentan yang tak punya akses dan termarjinalkan.
“Melalui produk ini, masyarakat yang jauh dari polusi, benar-benar bisa merasakan seperti apa mengganggunya pencemaran air, tanah, dan udara. Ketika masyarakat sudah mengalami, biasanya mereka tidak akan lupa,” katanya.
Dengan begitu, masyarakat kelas menengah dan hidup berkecukupan terdorong untuk berempati dengan situasi warga di lokasi-lokasi terdampak polusi udara, air, ataupun tanah sehingga dapat menunjukkan solidaritas.
Kamu tertarik untuk memilikinya? Kabarnya, nih, sebagai alat kampanye, parfum-parfum ini dibuat dalam jumlah terbatas dan tidak diperjual-belikan, ya, Sob.