- Hubungan parasosial terjadi antara satu pihak, penggemar dengan persona yang ia idolakan.
- Peneliti berpendapat, seseorang mengembangkan hubungan parasosial ketika dirinya kesepian.
Sobat, apakah kamu salah satu seseorang yang kerap ‘halu’ mengenai idolamu? Terbayang jauh bagaimana nanti kalau jadi pacarnya, menjalani rumah tangga dengannya hingga menghabiskan kehidupan dengan idola tersebut. Jika iya, mungkin kamu mengalami hubungan parasosial, Sob.
Hubungan imajiner ini bukan sesuatu hal yang aneh, kok. Pasalnya hampir seluruh manusia di muka Bumi ini mengalami hal tersebut. Walau normal adanya, kamu juga perlu mengindahkan kehidupan nyata yang saat ini kamu jalani, ya.
Buat yang sering nge-halu, coba baca dahulu mengenai hubungan parasosial berikut ini, ya!
Hubungan Imajiner Seseorang dengan Idolanya
Menurut laman findapsychologist.org, parasocial relationship adalah hubungan imajiner yang dilakukan sepihak oleh seorang penggemar dengan persona atau idola. Nah, penggemar biasanya melakukan hubungan parasosial dengan tokoh terkenal seperti gamers, seniman, atlet, politikus, influencer, hingga karakter fiksi atau animasi.
Bagi beberapa kalangan masyarakat, hubungan imajiner ini dikenal dengan ‘halu’, Sob. Nah, seseorang yang ‘halu’ ini tak hanya menganggap idolanya menghibur, namun juga benar-benar seperti hidup berdampingan dengan penggemar. Penggemar atau fans seakan kenal dekat dengan sosok idola tersebut melalui beragam media sosial maupun pemberitaan di layar kaca.
Laman psychologytoday.com menjelaskan, aktivitas tersebut makin disebut ‘halu’ karena fans acap kali mengembangkan berbagai hal yang berkaitan dengan sosok idolanya, mencari tahu lebih dalam, dan membayangkan kehidupan pribadi idolanya tersebut. Tak jarang, penggemar mencoba untuk mengembangkan perasaan romantis antara dirinya dengan idola. Hayo, ngaku, ada yang begini juga, nggak?
Masih dari sumber yang sama, puncak dari sebutan ‘halu’ tersebut adalah semua pengembangan pola pikir tersebut hanya ada di benak fans atau satu pihak. Ikatan mereka mungkin nyata, tapi itu semua hanya ‘kehaluan’ semata karena idola tak tahu apa yang dilakukan oleh fansnya tersebut.
Kesepian Bisa Menjadi Faktor Utama
Menurut Dr. Jaye Derrick yang memelajari mengenai parasocial relationship di University of Houston, mengutip dari psychologytoday.com, bahwa, “seseorang yang memiliki kepercayaan diri rendah memungkinkan untuk mengembangkan hubungan parasosial untuk melihat dirinya agar lebih positif, sama halnya seperti seseorang dengan kepercayaan diri tinggi di kehidupan nyata.”
Ia mengatakan kalau mostly seseorang dengan kepercayaan diri rendah adalah seseorang yang kemungkinan mengalami kesepian. Penelitian menyebutkan, semakin tinggi kesepian yang dialami seseorang maka semakin besar kemungkinan orang bakal melakukan hubungan parasosial, Sob.
Senada, rangkuman profesor Kurt Gray dalam bukunya bertajuk The Mind Club menyakan kalau, “kesepian membuat seseorang membayangkan ikatan cinta di dalam pikirannya dan cinta ini bahkan diimajinasikan secara mendalam hingga seakan nyata.”
Dampak Hubungan Parasosial
Public Broadcasting Service (PBS) menjabarkan kalau hubungan parasosial ini punya dampak, Sob, terutama dari pengguna media sosial. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Liebers dan Schramm (2019), orang yang mengalami parasosial melalui media sosial pikiran bisa terpengaruh, khususnya dalam memutuskan sebuah pilihan. Mulai dari perilaku pembelian, tingkat kepercayaan pada seseorang seperti cendekiawan, sikap terhadap stereotip gender, pandangan politik hingga segala macam hal yang berkaitan dengan memutuskan pilihan dalam kehidupan.
Bagusnya, dampak ini tentu positif, dong, Sob. Dengan catatan, kalau idola tersebut punya pengaruh positif, ya. Menurut Verywellmind.com, dampak positif dari hubungan parasosial ini adalah meningkatkan kepercayaan diri, mengurangi kesepian, memperkuat hubungan sosial, dan mencintai diri sendiri.
Tapi dampak positif ini nggak bisa kamu jadikan alibi kalau hubungan parasosial kudu dikembangkan oleh setiap orang dan terus menerus dilakukan, ya. Sobat harus tetap memprioritaskan hubungan dunia nyata dan lingkungan sekitar. Karena sejatinya kehidupan itu ada di hari ini; bukan di bayang-bayang kepala kamu, ya.
Sehingg, agak bahaya, sih, kalau semisal seseorang membangun pikirannya menjadi ‘halu’ tanpa batas tentang idolanya–selayaknya hubungan di kehidupan nyata. Ingat, halu boleh, tapi jangan ketinggian, Sob.